29 April 2012

Belajar dari Setan: Operasionalisasi Fungsi Ilmu

Rasa ingin tahu (curiousities) dan kebutuhan hidup (needs), adalah dua "pemantik" pengetahuan manusia (rasional maupun irasional), hingga nyalanya mencapai tahap radikal: di satu sisi nyala itu menerangi kita, namun efek kobarannya juga mampu membumihanguskan peradaban manusia! Pengetahuan manusia banyak ragamnya, mulai dari pengetahuan sehari-hari, pengetahuan agama, pengetahuan filsafat, pengetahuan seni, dan sebagainya. Salah satu jenis pengetahuan yang "dikultuskan" pada zaman ini adalah pengetahuan ilmiah atau yang bisa kita sebut ilmu pengetahuan (atau ilmu begitu saja). Ilmu apapun jenisnya, baik dari golongan ilmu-ilmu kealaman (IPA) maupun ilmu-ilmu sosial dan humaniora, membawa manusia hingga sampai ke tahap "be co-creator of God" (teman Tuhan dalam mencipta), yang sekaligus menunjukkan juga potensi ilmu untuk menggugat eksistensi manusia di hadapan dirinya sendiri, alam, dan Tuhan. "Pengetahuan adalah kekuasaan", kata Francis Bacon. Pemetaan dan rekayasa genetika, nano technology, dan nuklir adalah tiga tema utama ilmu hari ini yang menunjukkan kuasa ilmu. Inilah kenapa Promotheus dihukum Dewa karena membuka kotak yang isinya sesuatu yang amat berbahaya bagi kedudukan Dewa jika sampai diketahui manusia: ilmu.

Tulisan ini tidak hendak serius mengeksplorasi filsafat ilmu dalam wacana eksistensi manusia itu, namun menawarkan refleksi ringan dengannya wawasan pengetahuan terlenturkan. Laju pengetahuan individual manusia bersamaan dengan rasa ingin tahu dan kebutuhan, tentu memerlukan piranti pengolah bahan mentah pengetahuan untuk diolah sesuai pakem pengetahuan yang pas. Piranti yang saya maksud bisa dalam bentuk rasio (2+3=5), indera (api itu panas), "kata mereka" (dia itu ibuku), agama (adanya neraka), dan sebagainya. Sedangkan bahan mentah itu unlimited dalam hal objek dan kemungkinan sampai ke tangan kita untuk diolah. Bisa saja berupa tulisan blog sebagaimana yang saya tulis ini, bisa dengan tadabbur, memikirkan kemenjadian semesta saat di pegunungan, atau bahkan berupa percikan ide saat melihat apel jatuh dari pohon sebagaimana dialami Newton yang membuahkan eksposisi gaya gravitasinya yang menjagad.

Belajar dari Setan

Fungsi ilmu bisa diidentifikasi dalam tiga hal: (a) fungsi penjelasan: memberikan gambaran atau penjelasan suatu objek pengetahuan; (b) fungsi peramalan: memprediksikan akibat jika suatu hal atau kejadian berlangsung di masa depan; (c) fungsi pengendalian: membekali kita dengan seperangkat pengetahuan untuk mengendalikan (mencegah, mengantisipasi) suatu hal atau kejadian sehingga tidak merugikan kita. Ketiga fungsi ini tidak harus dimaknai secara ketat dalam koridor ilmu-ilmu positif yang dipelopori Auguste Comte si Bapak Sosiologi, namun bisa kita maknai secara individual dan unik. Hal ini berarti mampunya kita mengoperasionalisasi fungsi-fungsi ilmu itu dengan diandaikan kita sudah "mengenal apa, bagaimana, dan kemana-nya kita" (kata "kita" dalam tulisan ini tidak dibatasi pada subjek-subjek individual unik, namun bisa mencakup subjek non-individual seperti komunitas ilmuwan atau lembaga tertentu). Salah satu contoh operasionalisasi ketiga fungsi ini adalah belajar dari setan.

Dalam rangka memperoleh pengetahuan (rasional, emosional, spiritual), sebagaimana penjelasan saya di atas, kita bisa belajar dari mana saja untuk memperoleh sebanyak mungkin manfaat positip, dan menjauhi hal-hal negatif. Setan kita kenal dari agama, dan hal-hal buruk dilekatkan padanya. Tentu iman kita mengafirmasi keburukan itu. Bagaimanapun dalam konteks pengetahuan, bahan mentah bisa dari apa saja. "Carilah hikmah walau dari pengemis", demikian kalimat terkenal dalam suatu agama. Artinya, setan pun tidak hanya membawa keburukan (meskipun setannya sendiri buruk), persepsi kreatif manusia sesungguhnya mampu menarik hal positif dari yang negatif. Bukankah kita menjadi lebih berhati-hati (menarik hal positif), dari dua kasus pembuangan mayat di Unesa akhir april 2012 ini (hal negatif)?


Operasionalisasi ketiga fungsi ilmu (penjelasan, peramalan, pengendalian) dengan belajar dari setan bisa lebih mudah dicerna jika kita memang sebelumnya sudah mengenal "siapa itu setan" (fungsi penjelasan), sehingga kita mampu meramalkan apa yang akan terjadi pada kita jika melawan atau mengikutinya (fungsi peramalan), dan dengan itu kita menyadari sepenuhnya bagaimana dengan penjelasan dan prediksi itu kita harus mengendalikan diri kita agar terhindar dari kerugian atau sebailknya, mengendalikan diri kita agar memperoleh keuntungan darinya. Berikut ini 7 sifat setan yang kita kenal dari agama itu, yang bisa kita ambil hikmah positipnya:

1. Pantang menyerah
Setan tidak akan pernah menyerah selama keinginannya untuk menggoda manusia belum tercapai. Sedangkan manusia banyak yang mudah menyerah dan malah sering mengeluh dalam menggapai sesuatu.

2. Kreatif
Setan akan mencari cara apapun dan bagaimanapun untuk menggoda manusia agar tujuannya tercapai, selalu kreatif dan penuh ide. Sedangkan manusia ingin enaknya saja, banyak yang malas. Kebanyakan dari manusia selalu ingin mendapatkan mendapatkan sesuatu dengan cara yang instan, padahal cara instan tersebut bisa merugikan orang lain. Yang Haram dianggap menjadi hal yang wajar(Halal)

3. Konsisten
Setan dari mulai diciptakan tetap konsisten pada pekerjaannya, tak pernah mengeluh dan berputus asa. Sedangkan manusia banyak yang mengeluhkan pekerjaannya, padahal banyak manusia lain yang masih nganggur dan membutuhkan pekerjaan.

4. Solider
Sesama setan tidak pernah saling menyakiti, bahkan selalu bekerjasama untuk menggoda manusia. Sedangkan manusia, jangankan peduli terhadap sesama, kebanyakan malah saling bermusuhan, membunuh dan menyakiti.

5. Jenius
Setan itu paling pintar otaknya dalam mencari cara agar manusia tergoda. Sedangkan manusia banyak yang tidak kreatif, bahkan banyak yang jadi peniru dan plagiat, tidak mau menciptakan ide-ide baru.

6. Tanpa Pamrih
Setan itu bekerja 24 Jam tanpa mengharapkan imbalan apapun. Sedangkan manusia, tidak dibayar tidak akan dilakukan. Materi seharusnya bukanlah hal yang terpenting dalam hidup ini! Harusnya kita saling membantu kepada sesama umat manusia.

7. Suka berteman dan kompak
Setan adalah mahluk yang selalu ingin berteman, berteman agar banyak temannya di neraka kelak. Sedangkan manusia banyak yang lebih memilih mementingkan diri-sendiri dan egois. Manusia dalam mengerjakan sesuatu cenderung ingin menonjolkan kemampuannya sendiri dibanding bekerja sama dengan orang lain.

Penutup

Refleksi ringan ini saya tulis tidak dengan motif agama, namun dorongan kreativitas ilmu. Dunia membutuhkan tidak hanya orang pandai, namun juga orang kreatif. Kreativitas, salah satunya bisa dimunculkan dengan berpikir "out of the box", nakal, bahkan gila-gilaan. Daya kreativitas inilah yang memampukan fungsi-fungsi ilmu mampu beroperasi secara tanggap jaman (visioner). Semoga bermanfaat.

Ref.: http://www.revolmedia.us/2011/08/ternyata-setan-juga-punya-sifat-positif.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar