27 Agustus 2019

AA-PEKERTI UNESA: SUMBER BELAJAR, MEDIA, E-LEARNING, DAN BAHAN AJAR

Pembahasan judul di atas merupakan cara pemangku kepentingan untuk mendukung visi "Unggul dalam Kependidikan". SDM khususnya dosen di Unesa diproyeksikan bagi mereka yang memiliki jiwa pendidik dengan menghubungkan teori ilmiah sebagai kompetensinya dengan implementasinya di masyarakat pengguna. Wajah ramah lingkungan yang dinamai Antonio Gramsci sebagai "Intelektual Organik" (definisi bebas) ini salah satunya diimplementasikan pada kemampuan dosen untuk tidak hanya transfer pengetahuan, tetapi juga penyemai bibit-bibit terkader, peka, dan kritis di berbagai kompetensinya.

Berikut adalah unduhan materi berbentuk slide saat saya mengisi AA Pekerti untuk dosen baru di Unesa 2019. Penyerapan informasi dan penanaman jiwa pendidik diharapkan secara kreatif terjabar dari berbagai tindakan kreatif dosen. Selamat Mendidik...!

Unduhan Materi Media Ajar Pekerti
Baca Selengkapnya →AA-PEKERTI UNESA: SUMBER BELAJAR, MEDIA, E-LEARNING, DAN BAHAN AJAR

26 Juni 2019

LITERASI BUDAYA DAN KEWARGAAN

A. Memaknai Literasi Budaya dan Kewargaan

Literasi adalah keberaksaraan, yaitu kemampuan menulis dan membaca, budaya literasi dimaksudkan untuk melakukan kebiasaan berfikir yang diikuti oleh sebuah proses membaca, menulis yang pada akhirnya apa yang dilakukan dalam sebuah proses kegiatan tersebut akan menciptakan karya. Membudayakan atau membiasakan untuk membaca, menulis itu perlu proses jika memang dalam suatu kelompok masyarakat kebiasaan tersebut memang belum ada atau belum terbentuk.
Ada banyak cara untuk membentuk budaya literasi diantaranya (dekat, mudah, murah, senang, lanjut) :
1.       Pendekatan akses fasilitas baca (buku dan non buku)
2.       Kemudahan akses mendapatkan bahan bacaan
3.       Murah / Tanpa biaya (gratis)
4.       Menyenangkan dengan segala keramahan
5.       Keberlanjutan / Continue / istiqomah
Untuk membangun budaya literasi pada seluruh ranah pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat), sejak tahun 2016 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggiatkan Gerakan Literasi Nasional (GLN) sebagai bagian dari implementasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. GLN diharapkan menjadi pendukung keluarga, sekolah, dan masyarakat mulai dari perkotaan sampai ke wilayah terjauh untuk berperan aktif dalam menumbuhkan budaya literasi.
Untuk membangun budaya literasi pada seluruh ranah pendidikan (keluarga,
sekolah,  dan  masyarakat),  sejak  tahun  2016  Kementerian  Pendidikan  dan
Kebudayaan menggiatkan Gerakan Literasi Nasional (GLN) sebagai bagian dari
implementasi dari Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Peker
Literasi budaya merupakan kemampuan dalam memahami dan bersikap terhadap kebudayaan Indonesia sebagai identitas bangsa. Sementara itu, literasi kewargaan adalah kemampuan dalam memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara. 
Dengan demikian, literasi budaya dan kewargaan merupakan kemampuan individu dan masyarakat dalam bersikap terhadap lingkungan sosialnya sebagai bagian dari suatu budaya dan bangsa.
Literasi budaya dan kewargaan menjadi hal yang penting untuk dikuasai di abad ke-21. Indonesia memiliki beragam suku bangsa, bahasa, kebiasaaan, adat istiadat, kepercayaan, dan lapisan sosial. Sebagai bagian dari dunia, Indonesia pun turut terlibat dalam kancah perkembangan dan perubahan global. Oleh karena itu, kemampuan untuk menerima dan beradaptasi, serta bersikap secara bijaksana atas keberagaman ini menjadi sesuatu yang mutlak. 

B. Indikator Literasi Budaya dan Kewargaan
Sekolah
• Basis Kelas
        i.            Jumlah pelatihan tentang literasi budaya dan kewargaan untuk kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan;
       ii.            Intensitas pemanfaatan dan penerapan literasi budaya dan kewargaan dalam pembelajaran; dan
     iii.            Jumlah produk budaya yang dimiliki dan dihasilkan sekolah.
• Basis Budaya Sekolah
        i.            Jumlah dan variasi bahan bacaan bertema budaya dan kewargaan;
       ii.            Frekuensi peminjaman buku bertemakan budaya dan kewargaan di perpustakaan;
     iii.            Jumlah kegiatan sekolah yang berkaitan dengan budaya;
     iv.            Terdapat kebijakan sekolah yang dapat mengembangkan literasi budaya dan nillai-nilai kewargaan sekolah;
       v.            Terdapat komunitas budaya di sekolah;
     vi.            Tingkat ketertiban siswa terhadap aturan sekolah;
   vii.            Tingkat toleransi siswa terhadap keberagaman yang ada di sekolah; dan
 viii.            Tingkat partisipasi aktif siswa dalam kegiatan di sekolah.
·    Basis Masyarakat
        i.            Jumlah sarana dan prasarana yang mendukung literasi budaya dan kewargaan; dan
       ii.            Tingkat keterlibatan orang tua dan masyarakat dalam mengembangkan literasi budaya  dan kewargaan
Keluarga
• Budaya
        i.            Jumlah dan variasi bahan bacaan literasi budaya yang dimiliki keluarga;
       ii.            Frekuensi membaca bahan bacaan literasi budaya dalam keluarga setiap hari;
     iii.            Jumlah bacaan literasi budaya yang dibaca oleh anggota keluarga;
     iv.            Jumlah pelatihan literasi budaya yang aplikatif dan berdampak pada keluarga;
       v.            Jumlah kegiatan kebudayaan yang diikuti anggota keluarga;
     vi.            Tingkat kunjungan keluarga ke tempat yang bernilai budaya (rumah adat, museum, keraton, dan lain-lain);
   vii.            Tingkat pemahaman keluarga terhadap nilai-nilai budaya;
 viii.            Jumlah kegiatan kebudayaan yang diikuti anggota keluarga; dan
     ix.            Jumlah produk budaya yang dimiliki keluarga.
• Kewargaan
        i.            Jumlah dan variasi bahan bacaan literasi kewargaan yang dimiliki keluarga;
       ii.            Frekuensi membaca bahan bacaan literasi kewargaan dalam keluarga setiap harinya;
     iii.            Jumlah bacaan literasi kewargaan yang dibaca oleh anggota keluarga;
     iv.            Jumlah pelatihan literasi kewargaan yang aplikatif dan berdampak pada keluarga; dan
       v.            Intensitas waktu bersama keluarga untuk berdiskusi, berkomunikasi, dan berbagi.
Masyarakat
• Budaya
        i.            Meningkatnya jumlah dan variasi bahan bacaan literasi budaya yang dimiliki setiap desa;
       ii.            Meningkatnya frekuensi membaca bahan bacaan literasi budaya setiap hari;
     iii.            Meningkatnya jumlah bahan bacaan literasi budaya yang dibaca oleh masyarakat setiap hari;
     iv.            Meningkatnya jumlah partisipasi aktif komunitas, lembaga, atau instansi dalam penyediaan bahan bacaan;
       v.            Meningkatnya jumlah fasilitas publik yang mendukung literasi budaya;
     vi.            Meningkatnya jumlah kegiatan literasi budaya yang ada di masyarakat;
   vii.            Meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan literasi budaya;
 viii.            Meningkatnya jumlah pelatihan literasi budaya yang aplikatif dan berdampak pada masyarakat;
     ix.            Meningkatnya jumlah kegiatan budaya di masyarakat;
       x.            Meningkatnya jumlah produk budaya yang dimiliki dan dihasilkan oleh masyarakat; dan
     xi.            Meningkatnya penggunaan bahasa daerah di suatu daerah.
• Kewargaan
        i.            Meningkatnya jumlah dan variasi bahan bacaan literasi kewargaan yang dimiliki setiap desa;
       ii.            Meningkatnya frekuensi membaca bahan bacaan literasi kewargaan setiap hari;
     iii.            Meningkatnya jumlah bahan bacaan literasi kewargaan yang dibaca oleh masyarakat setiap hari;
     iv.            Meningkatnya jumlah partisipasi aktif komunitas, lembaga, atau instansi dalam penyediaan bahan bacaan;
       v.            Meningkatnya jumlah fasilitas publik yang mendukung literasi kewargaan;
     vi.            Meningkatnya jumlah kegiatan literasi budaya kewargaan yang ada di masyarakat;
   vii.            Meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan literasi kewargaan;
 viii.            Meningkatnya jumlah pelatihan literasi kewargaan yang aplikatif dan berdampak pada masyarakat;
     ix.            Meningkatnya ketertiban masyarakat terhadap aturan di suatu daerah;
       x.            Meningkatnya toleransi masyarakat terhadap keberagaman di suatu daerah;
     xi.            Meningkatnya ketersediaan akses informasi dan layanan publik; dan
   xii.            Menurunnya angka kejahatan di masyarakat.

C. Capaian Kinerja
Indikator kelitereran seseorang sebagaimana tercontohkan di atas mengarahkan pegiat literasi untuk membuat tahapan langkah pelaksanaan program yang keberhasilannya bisa diukur dengan capaian kinerja. Tabel berikut ini mengidentifikasi capaian kinerja sasaran literasi dengan mengacu pada indikator tersebut di atas.
Tabel 1. Sasaran dan Capaian Literasi Budaya dan Kewargaan
Sasaran
Capaian
Sekolah
Ø  Basis kelas
Subjek literasi mampu berperan aktif dalam memproduksi budaya sebagai hasil pembelajaran dan pelatihan dengan memanfaatkan dan menerapkan literasi budaya dan kewargaan dalam pembelajaran
Ø  Basis Budaya Sekolah
Subjek literasi mampu berperan aktif dan konstruktif dalam pengembangan literasi budaya dan nilai-nilai kewargaan sekolah dengan memanfaatkan bahan bacaan dan jumlah kegiatan sekolah yang berkaitan dengan budaya dan kewargaan
Ø  Basis Masyarakat
Subjek literasi berperan aktif dalam mengembangkan literasi budaya dan kewargaan berdasarkan kemampuan untuk memanfaatkan sarana dan prasarana pendukung
Keluarga
Ø  Budaya
Subjek literasi mampu berperan aktif dalam kegiatan kebudayaan dan memproduksi budaya dengan tingkat pemahaman yang tinggi terkait nilai-nilai budaya serta mampu memanfaatkan dan menerapkan kebiasaan membaca yang terlatih di keluarga setiap hari
Ø  Kewargaan
Subjek literasi terlatih dan terbiasa membaca literasi kewargaan serta secara intensif berdiskusi, berkomunikasi, dan berbagi bersama keluarga
Masyarakat
Ø  Budaya
Subjek literasi mampu aktif dan konstruktif dalam pemanfaatan fasilitas publik yang mendukung literasi budaya, penggunaan dan pengembangan bahasa daerah, serta berpartisipasi aktif dalam pemanfaatan dan upaya penyediaan bahan bacaan melalui komunitas ataupun lembaga
Ø  Kewargaan
Subjek literasi mampu menerapkan kemampuan membaca secara terlatih dalam upaya penurunan angka kejahatan, peningkatan toleransi dan ketertiban masyarakat, serta berpartisipasi aktif dalam kegiatan literasi budaya kewargaan

D. MKWU dan MKWI Unesa Berbasis Literasi Budaya dan Kewargaan
Tabel berikut mengilustrasikan bagaimana literasi budaya dan kewargaan dihadirkan melalui proses belajar dan mengajar di MKWU Unesa
Tabel 2. MKWU berbasis Literasi Budaya dan Kewargaan
Mata Kuliah
Literasi Budaya dan Kewargaan
Pendidikan Pancasila
Mengidentifikasi, menerapkan, dan mengembangkan nilai-nilai budaya dan kewargaan dalam kehidupan sehari-hari berbangsa dan bernegara dengan berpedoman pada nilai dasar Pancasila
Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Agama
Mengidentifikasi, menerapkan, dan mengembangkan nilai-nilai budaya dan kewargaan dalam kehidupan sehari-hari dan mampu mensinkronkan dengan nilai-nilai keagamaan untuk aktif, positif, dan konstrukstif menganalisis berbagai persoalan dan bersikap serta bertindak atas dasar analisis holistik dan komprehensif itu
Bahasa Indonesia
Mengidentifikasi, menerapkan, dan mengembangkan nilai-nilai budaya dan kewargaan dalam ketepatan berbahasa Indonesia sehari-hari
Bahasa Inggris
Mengidentifikasi, menerapkan, dan mengembangkan nilai-nilai budaya dan kewargaan dalam penerapan berbahasa asing/Inggris sehari-hari
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
Mengidentifikasi, menerapkan, dan mengembangkan nilai-nilai budaya dan kewargaan dalam kehidupan sosial dan budaya sehari-hari
Ilmu Alamiah Dasar
Mengidentifikasi, menerapkan, dan mengembangkan nilai-nilai budaya dan kewargaan dalam memahami dan menganalisis dasar-dasar ilmu alam

E. Penutup
Kelitereran seseorang sekaligus menunjukkan beban tanggung jawabnya di masyarakat sesuai literasi yang dikuasai. Literasi budaya dan kewargaan secara umum memampukan seseorang untuk mawas terhadap ide-ide budaya dan kewargaan yang bisa jadi justru menjauhkannya dari nilai-nilai budaya dan kewargaan masyarakat tempat dia tinggal. Gerakan literasi nasional – termasuk Literasi budaya dan kewargaan sebagai salah satu literasi dasar – sebenarnya tidak hanya memampukan seseorang untuk mampu membaca tema yang dikaji, tetapi lebih dari itu juga memampukannya mengambil intisari nilai-nilai persoalan yang dihadapi dan mengonstruksikannya secara lebih bertanggung jawab sesuai kelitererannya.
Baca Selengkapnya →LITERASI BUDAYA DAN KEWARGAAN