09 Maret 2014

Seri Jurnalistik 2: DUNIA JURNALISTIK DAN MEDIA MASSA

A. Ilmu Jurnalistik
Apakah yang dimaksud sebagai ilmu jurnalistik? Ilmu jurnalistik adalah bagian dari ilmu publisistik (to publish = publikasi). Publisistik sendiri merupakan bagian dari ilmu komunikasi. Makna jurnalistik adalah hal ihwal yang berhubungan dengan persurat-kabaran (media massa cetak = pers). Secara lebih sederhana, jurnalistik sering diartikan sebagai ilmu tentang tulis-menulis di media massa. Padanan ilmu jurnalistik adalah pengetahuan kewartawanan. Hingga jurnalis juga dipadankan dengan wartawan, yang merupakan profesi untuk memperoleh informasi guna disebarluaskan ke masyarakat melalui media massa cetak. Sekarang profesi jurnalis / wartawan tidak hanya terkait dengan media massa cetak, melainkan juga radio, televisi, kantor berita dan multi media (web site).
Di manakah kita bisa belajar ilmu jurnalistik? Secara formal, ilmu jurnalistik bisa dipelajari di perguruan tinggi negeri maupun swasta, melalui program diploma, strata 1, 2 (magister) dan 3 (Phd. / Dr.) Umumnya jurnalistik hanya menjadi Satuan Mata Kuliah (SKS) dari jurusan publisistik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Namun ada beberapa perguruan tinggi, yang menjadikan jurnalistik sebagai salah satu jurusan di Fakultas Publisistik, bersamaan dengan Advertising dan Public Relation (PR = kehumasan).
Sejak kapankah karya jurnalistik mulai ditulis? Karya jurnalistik mulai dibuat sejak jaman Mesir Kuno, yakni ketika kultur manusia mengenal peradaban menulis. Bentuk tulisan yang pertama berkembang adalah reportase (to report = melaporkan). Peninggalan karya jurnalistik tertua (1.500 SM), berupa manuskrip berhuruf hieroglyph di atas daun papyrus (paper = kertas) dan relief dinding batu di salah satu kuil di Mesir. Isi manuskrip adalah perjalanan seorang Raja Mesir (Fira’un) untuk menaklukkan kota Megido (sekarang Lebanon). Pada jaman Julius Caesar (Romawi, 100 – 44 SM), laporan pandangan mata dari medan perang ditulis dan dipasang secara periodik di papan pengumuman di kota. Menuliskan hasil perjalanan, juga dilakukan oleh para “jurnalis” Cina kuno yang berlayar bersama para pedagang dan penyebar agama Budha.
Sejak kapankah ilmu jurnalistik berkembang? Ilmu jurnalistik berkembang sejak abad XV, bersamaan dengan diketemukannya mesin cetak oleh Johann Gutenberg dari Jerman. Sejak itu berkembanglah penerbitan buku. Selain buku juga terbit media berkala secara periodik dan dicetak massal untuk dijual ke masyarakat luas. Bersamaan dengan berkembangnya media massa cetak, berkembang pulalah ilmu jurnalistik.
Apakah untuk menjadi wartawan profesional, seseorang harus memiliki pendidikan formal seperti halnya dokter, pengacara, akuntan publik, pilot dan awak kapal? Tidak harus. Siapa pun bisa berprofesi sebagai wartawan, asalkan memiliki keterampilan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh media massa tempatnya bekerja (wartawan tetap) dan yang akan dikirimi tulisan/foto (wartawan free lance, kontributor tetap). Jadi profesi wartawan berbeda dengan dokter, pengacara, akuntan publik, pilot dan awak kapal yang harus memiliki pendidikan khusus dengan standar internasional.
Selain melalui pendidikan formal di perguruan tinggi, di manakah seseorang bisa belajar ilmu jurnalistik? Biasanya calon wartawan dengan pendidikan strata 1 berbagai jurusan, setelah diterima bekerja di perusahaan media massa, akan dididik (diberi bekal ilmu jurnalistik) melalui program in house training. Selain itu, cukup banyak kursus dan pelatihan jurnalistik yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga swasta, yang terbuka untuk umum. Seseorang yang berminat belajar ilmu jurnalistik bisa mengikuti training-training di lembaga swasta tersebut.

B. Dunia Media Massa
Apakah yang dimaksud sebagai media massa? Media massa atau kadang hanya disebut sebagai media, adalah peralatan (sarana) untuk menyebarkan informasi ke masyarakat. Media massa ada yang bersifat komersial (dijual dan menerima iklan). Ada pula yang bersifat non komersial dan dibiayai oleh lembaga penyelenggaranya. Biasanya media massa non komersial diselenggarakan oleh lembaga-lembaga kenegaraan, keagamaan, pemerhati lingkungan dan sosial kemasyarakatan, atau sebagai alat promosi dan PR bagi perusahaan besar. Misalnya majalah maskapai penerbangan yang ditaruh di masing-masing kursi pesawat.
Ada berapa macamkah media massa saat ini? Saat ini kita mengenal media massa cetak, media massa radio, media massa film (bioskup), media massa televisi, kantor berita, media massa luar ruang (poster, spanduk, billboard, balon) dan multi media (internet/web site).
Media massa manakah yang paling terkait dengan pekerjaan jurnalistik? Yang paling terkait dengan pekerjaan jurnalistik adalah media massa cetak, radio, tivi dan kantor berita. Sementara film, media luar ruang dan multi media kurang terkait dengan kerja jurnalistik secara langsung.
Media massa manakah yang paling berpengaruh saat ini? Media massa yang paling berpengaruh saat ini adalah televisi. Sebab daya jangkau televisi sangat luas, serentak dan cepat. Nomor dua media massa cetak. Media massa radio pernah berperan sangat besar pada waktu perang dunia I maupun II. Sebab pada saat itu media televisi belum berkembang seperti sekarang. Media kantor berita biasanya hanya berbentuk buletin atau kalau sekarang berupa web site. Fokus kantor berita internasional saat ini adalah fotografi.
Mungkinkah salah satu bentuk media massa itu akan mati karena desakan jenis media yang lebih kuat? Tidak mungkin. Sebab masing-masing memiliki kekuatan yang tidak tergantikan. Contohnya media radio yang pernah sangat berpengaruh pada era perang dunia II, kemudian surut karena terdesak media televisi pada tahun 1980an. Namun media radio kembali menemukan perannya ketika lalulintas di kota besar menghadapi masalah kemacetan. Di sinilah radio kembali memegang peranan penting dan menemukan pasarnya. Media radio cocok untuk masyarakat/orang yang sedang melakukan sesuatu hingga tidak mungkin membaca atau menonton tivi. Misalnya mereka yang sedang mengemudikan mobil, bekerja di pabrik, kebun dan lain-lain.

C. Media Massa Cetak
Apa sajakah yang dikatagorikan sebagai media massa cetak? Yang dikatagorikan sebagai media massa cetak adalah koran, tabloid, majalah, bulletin, jurnal dan news letter.
Apakah yang membedakan media massa cetak dengan buku?
Media massa cetak diterbitkan secara periodik, dengan nama penerbitan sama, diberi nomor serta tanggal terbit dan memuat isi yang bersifat faktual. Sementara buku tidak terbit secara periodik dan memuat isi yang tidak bersifat faktual.
Bagaimanakah periodisasi terbitnya media massa cetak? Periodisasi terbitnya media massa cetak pada umumnya adalah: harian, mingguan, dua mingguan, bulanan, dua bulanan, tiga bulanan, empat bulanan, tengah tahunan dan tahunan. Media massa yang terbit harian, umumnya koran. Sementara yang terbitnya dua bulanan sampai setahun sekali umumnya jurnal. Periodisasi yang paling banyak digunakan, selain harian adalah mingguan dan bulanan. Biasanya tabloid dan majalah menggunakan pola terbit mingguan dan bulanan.
Bagaimanakah media massa cetak dibuat? Media massa cetak dibuat dengan cara mencari dan mengumpulkan bahan, baik bahan tertulis, gambar dan foto. Pekerjaan ini dilakukan oleh para wartawan. Bahan itu diolah menjadi tulisan oleh redaksi, untuk selanjutnya ditata dalam halaman-halaman penerbitan, dibuat film dan plate lalu dicetak, untuk majalah harus dijilid dan kemudian diedarkan. Baik secara cuma-cuma maupun dijual.
Bagaimanakah media massa cetak diedarkan? Media massa cetak diedarkan secara cuma-cuma oleh lembaga kenegaraan/pemerintahan, keagamaan, perusahaan dll. Media massa cetak yang diedarkan secara komersial, bisa dijual di agen koran/majalah (di lapak), dijual para pengasong di jalan raya, di toko buku dan dilanggan oleh konsumen. Pelanggan bisa menerima penerbitan media massa melalui jasa pos, hantaran atau loper yang dipekerjakan oleh agen.
Bagaimanakah penerbitan media massa cetak dibiayai? Media massa cetak non komersial, dibiayai oleh anggaran lembaga yang menerbitkannya, karena akan diedarkan secara cuma-cuma. Media massa cetak komersial, dibiayai dari penjualan media massa tersebut, uang langganan dan jasa penjualan halaman untuk dipasangi iklan. Ada pula pemasukan dari advertorial (iklan dalam bentuk artikel). Media massa tertentu, juga memperoleh pendapatan dari produk pendukungnya (barang promosi). Bahkan kadang-kadang produk pendukung ini justru bisa mendatangkan pemasukan lebih tinggi.
Apakah untuk menerbitkan media massa cetak memerlukan ijin khusus?
Sebelum tahun 1998, penerbitan media massa cetak memerlukan ijin khusus yang pengurusannya sangat rumit dan berbelit serta memerlukan dana besar. Hingga pada waktu itu SIUPP (Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers) memiliki nilai komersial yang sangat tinggi. Setelah tahun 1998, penerbitan media massa cetak bisa dilakukan dengan bebas oleh siapa saja.

D. Wartawan, Redaktur dan Penulis Lepas
Apakah yang dimaksud sebagai wartawan, redaktur dan penulis lepas? Wartawan, jurnalis atau reporter adalah profesi untuk memperoleh informasi dengan mendatangi sumbernya. Istilah yang dipergunakan untuk melakukan pekerjaan ini adalah meliput. Hasil liputan para wartawan, akan ditulis dan diserahkan ke redaktur untuk diseleksi, diolah lagi dan disajikan dalam bentuk tulisan di media cetak, siaran radio atau televisi. Penulis/wartawan lepas (free lance) adalah penulis berita, reportase, artikel, feature dan bentuk tulisan lain yang tidak terikat (bekerja) di satu lembaga. Penulis/wartawan lepas bisa bekerja di rumah masing-masing dan mengirimkan hasil tulisannya ke media manapun.
Ada berapa macamkah wartawan yang biasa melayani media massa? Sesuai dengan medianya, ada wartawan media massa cetak (koran, tabloid, majalah); wartawan radio, wartawan televisi dan wartawan kantor berita. Kalau dilihat dari jenis pekerjaannya ada wartawan biasa yang pekerjaannya menulis berita dan ada wartawan foto yang pekerjaannya memotret. Dengan berkembangnya media televisi, kemudian dikenal pula reporter yang pekerjaannya mewawancarai sumber berita dan cameraman yang tugasnya mengambil gambar audio visual dari peristiwa atau sumber. Dilihat dari prestasinya, ada wartawan biasa dan ada pula wartawan senior. Yang disebut wartawan senior, bukan mereka yang sudah menggeluti profesi kewartawanan cukup lama atau usianya sudah tua, melainkan yang mampu mencapai prestasi kerja kewartawanan dan diakui oleh masyarakat.
Apakah beda wartawan dengan redaktur? Wartawan adalah pemburu informasi di lapangan, sementara redaktur adalah juru masak yang memberi order peliputan, mengumpulkan hasil liputan dan mengolahnya menjadi tulisan. Di koran-koran besar, wartawan dikelompokkan sesuai dengan rubrik yang ditangani. Misalnya wartawan ekonomi, politik, olahraga, budaya dll. Masing-masing rubrik dikepalai oleh redaktur yang disebut desk.
Apakah yang disebut pemimpin redaksi, redaktur pelaksana, redaktur pracetak dan sekretaris redaksi? Pemimpin redaksi adalah pemegang kekuasaan tertinggi di bagian redaksi sebuah media massa. Pekerjaan utamanya adalah membuat kebijakan dan meneruskannya ke redaktur pelaksana untuk diaplikasikan pada kegiatan sehari-hari. Di koran besar, redaktur pelaksana memimpin desk yang masing-masing dibantu oleh wartawan rubrik. Selain itu ada wartawan non desk yang biasanya langsung berada di bawah redaktur pelaksana atau pemimpin redaksi. Redaktur pracetak adalah redaksi yang pekerjaannya menangani lay out penerbitan pers termasuk segi artistiknya. Di koran-koran pagi biasanya juga dikenal istilah redaktur malam. Yakni redaksi yang bertugas pada malam hari sebelum batas deadline koran untuk naik cetak. Sekretaris redaksi adalah kepala rumahtangga redaksi. Urusannya mulai dari administrasi naskah, uang transpor, honor, kegiatan rapat dll. Sekretaris redaksi bertanggungjawab langsung kepada pemimpin redaksi.
Manakah yang jenjangnya lebih tinggi: wartawan atau redaktur/redaktur pelaksana? Wartawan dan redaksi adalah jenis pekerjaan yang berbeda. Wartawan adalah jenjang profesi. Sama dengan dosen, dokter, pengacara dll. yang jenjangnya sangat tergantung dari keahlian dan prestasinya dalam menjalankan profesi. Sementara redaktur (desk), redaktur pelaksana, pemimpin redaksi, redaktur pracetak dan sekretaris redaksi berikut para wakilnya adalah jenjang struktural. Hingga bisa saja penghasilan seorang wartawan senior dalam satu perusahaan pers, lebih tinggi dari redaktur bahkan redaktur pelaksananya. Sama halnya dengan di rumah sakit atau perguruan tinggi, yang gaji dokter spesialis atau guru besarnya lebih tinggi dari kepala bagian atau kepala jurusan.
Bagaimanakah caranya agar seseorang bisa menjadi wartawan/penulis lepas? Caranya harus dengan menulis berita, hasil reportase, artikel feature atau bentuk tulisan lain dan mengirimkannya ke media massa. Semakin sering karya seseorang dimuat media massa, maka kredibilitasnya akan semakin baik. Namun yang bisa benar-benar menjadi wartawan/penulis lepas, dalam arti hidup dari honorarium menulis, hanyalah mereka yang sudah mampu meraih status sebagai wartawan senior.
Apakah penyair, cerpenis dan novelis yang karyanya sering muncul di media massa bisa dikatagorikan sebagai penulis lepas (free lance)? Tidak bisa. Sebab mereka lebih lazim disebut sasterawan. Yang mereka tulis pun karya fiksi. Istilah penulis lepas, lazim digunakan hanya untuk menyebut penulis berita, artikel dan feature yang tidak terikat bekerja di satu perusahaan pers.

E. Pendidikan Menulis dan Jurnalis
Ada berapa macamkah pendidikan menulis dan jurnalis? Pendidikan menulis (dalam arti mengarang, menyusun tulisan), sudah mulai diajarkan sejak di bangku SD. Pelajaran menulis ini terus berlanjut sampai ke jenjang perguruan tinggi. Di sini, keterampilan menulis sangat diperlukan dalam rangka menyusun karya ilmiah sebagai bagian dari tugas akhir maupun hasil penelitian. Sementara pendidikan jurnalis (kewartawanan) hanya diajarkan secara formal di jurusan publisistik atau jurnalistik di perguruan tinggi yang membuka jurusan ini, baik untuk program diploma maupun strata. Selain pendidikan formal, menulis dan kewartawanan juga diajarkan di berbagai lembaga pelatihan/training. Media massa besar, baik cetak, radio, televisi dan kantor berita juga mengajarkan keterampilan menulis dan jurnalis melalui program in house training.
Profesi apa sajakah yang terkait dengan kegiatan tulis menulis?
Profesi yang terkait dengan kegiatan tulis menulis antara lain sasterawan (penyair, cerpenis, novelis, penulis naskah drama), wartawan, kolumnis, esais, penulis teks iklan (copy writer), penulis script program radio/tivi, penulis skenario film/sinetron dan ghost writer (penulis pidato, sambutan, artikel dan buku untuk seorang tokoh).
Apakah mereka yang sudah memiliki status penulis/wartawan berarti tidak perlu belajar lagi? Mereka yang sudah meraih predikat sebagai penulis/wartawan profesional pun tetap harus terus-menerus belajar. Baik secara formal, non formal maupun informal. Pendidikan menulis secara formal di perguruan tinggi, hanya terbatas menyangkut profesi jurnalis (non fiksi). Sementara sasterawan, tidak ada sekolah formalnya. Fakultas sastra di perguruan tinggi, hanya sebatas mengajarkan ilmu sastra. Bukan mendidik mahasiswa untuk menjadi sasterawan.
Dalam pendidikan menulis dan jurnalis, manakah yang lebih penting: belajar atau berlatih? Berlatih jelas lebih penting. Sebab kegiatan menulis atau menjadi wartawan, lebih memerlukan keterampilan (skill) dan bukan sekadar pengetahuan. Selain dengan berlatih, skill juga akan datang secara otomatis kalau seseorang terus-menerus bekerja sambil memperbaiki diri. Keterampilan apa pun, hanya akan meningkat apabila seseorang telah memiliki “jam terbang” cukup banyak.
Mengapa informasi mengenai pendidikan tulis menulis dan kewartawanan sampai sekarang sangat jarang sampai ke masyarakat? Sebab dunia tulis menulis memang hanya digeluti oleh sedikit orang. Kebanyakan penulis buku petunjuk praktis menulis dan kewartawanan, justru mereka yang tidak memiliki pengetahuan ilmu jurnalistik. Misalnya sastrawan yang kebetulan juga wartawan, menulis buku petunjuk untuk menjadi penulis/wartawan. Atau dosen perguruan tinggi membuat buku petunjuk praktis “Menulis Ilmiah Populer di Media Masa”. Sementara mereka yang memiliki pengetahuan jurnalistik cukup baik, jarang yang mau menyusun buku petunjuk.

Referensi

Anonim, 2008, Jurnalistik Olahraga, dalam http://mbin034.multiply.com/journal/item/111/JURNALISTIK_OLAHRAGA, akses terakhir 9 Desember 2008, 22:39 WIB

Ermanto, 2005, Wawasan Jurnalistik Praktis, Yogyakarta: Cinta Pena.

F. Rahardi, 2005, Panduan Lengkap Menulis Artikel, Feature, dan Esai untuk Pemula, Handout tidak diterbitkan.

Made Pramono, 2011, E-learning jurnalistik olahraga: http://ilmu.unesa.ac.id

Pape, Susan & Featherstone, Sue, 2005, Newspaper Journalism: A Practical Introduction, London: SAGE Publications Ltd.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar