A.
Ilmu Jurnalistik
Apakah yang dimaksud sebagai ilmu
jurnalistik? Ilmu jurnalistik adalah bagian dari ilmu publisistik (to publish =
publikasi). Publisistik sendiri merupakan bagian dari ilmu komunikasi. Makna
jurnalistik adalah hal ihwal yang berhubungan dengan persurat-kabaran (media massa cetak = pers). Secara lebih sederhana, jurnalistik
sering diartikan sebagai ilmu tentang tulis-menulis di media massa. Padanan
ilmu jurnalistik adalah pengetahuan kewartawanan. Hingga jurnalis juga
dipadankan dengan wartawan, yang merupakan profesi untuk memperoleh informasi
guna disebarluaskan ke masyarakat melalui media massa cetak. Sekarang profesi jurnalis / wartawan tidak hanya terkait dengan
media massa
cetak, melainkan juga radio, televisi, kantor berita dan multi media (web
site).
Di manakah
kita bisa belajar ilmu jurnalistik? Secara formal, ilmu jurnalistik bisa
dipelajari di perguruan tinggi negeri maupun swasta, melalui program diploma,
strata 1, 2 (magister) dan 3 (Phd. / Dr.) Umumnya jurnalistik hanya menjadi
Satuan Mata Kuliah (SKS) dari jurusan publisistik di Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik (FISIP). Namun ada beberapa perguruan
tinggi, yang menjadikan jurnalistik sebagai salah satu jurusan di Fakultas
Publisistik, bersamaan dengan Advertising dan Public Relation (PR = kehumasan).
Sejak kapankah karya jurnalistik mulai
ditulis? Karya jurnalistik mulai dibuat sejak jaman Mesir Kuno, yakni ketika
kultur manusia mengenal peradaban menulis. Bentuk tulisan yang pertama
berkembang adalah reportase (to report = melaporkan). Peninggalan karya
jurnalistik tertua (1.500 SM), berupa manuskrip berhuruf hieroglyph di atas
daun papyrus (paper = kertas) dan relief dinding batu di salah satu kuil di
Mesir. Isi manuskrip adalah perjalanan seorang Raja Mesir (Fira’un) untuk
menaklukkan kota Megido (sekarang Lebanon). Pada jaman Julius Caesar (Romawi,
100 – 44 SM), laporan pandangan mata dari medan perang ditulis dan dipasang
secara periodik di papan pengumuman di kota. Menuliskan hasil perjalanan, juga
dilakukan oleh para “jurnalis” Cina kuno yang berlayar bersama para pedagang
dan penyebar agama Budha.
Sejak kapankah ilmu jurnalistik berkembang?
Ilmu jurnalistik berkembang sejak abad XV, bersamaan dengan diketemukannya
mesin cetak oleh Johann Gutenberg dari Jerman. Sejak itu berkembanglah
penerbitan buku. Selain buku juga terbit media berkala secara periodik dan
dicetak massal untuk dijual ke masyarakat luas. Bersamaan dengan berkembangnya
media massa
cetak, berkembang pulalah ilmu jurnalistik.
Apakah untuk menjadi wartawan profesional,
seseorang harus memiliki pendidikan formal seperti halnya dokter, pengacara,
akuntan publik, pilot dan awak kapal? Tidak harus. Siapa pun bisa berprofesi
sebagai wartawan, asalkan memiliki keterampilan sesuai dengan standar yang
ditetapkan oleh media massa
tempatnya bekerja (wartawan tetap) dan yang akan dikirimi tulisan/foto
(wartawan free lance, kontributor tetap). Jadi profesi wartawan berbeda dengan
dokter, pengacara, akuntan publik, pilot dan awak kapal yang harus memiliki
pendidikan khusus dengan standar internasional.
Selain melalui pendidikan formal di
perguruan tinggi, di manakah seseorang bisa belajar ilmu jurnalistik? Biasanya
calon wartawan dengan pendidikan strata 1 berbagai jurusan, setelah diterima
bekerja di perusahaan media massa,
akan dididik (diberi bekal ilmu jurnalistik) melalui program in house training.
Selain itu, cukup banyak kursus dan pelatihan jurnalistik yang diselenggarakan
oleh lembaga-lembaga swasta, yang terbuka untuk umum. Seseorang yang berminat
belajar ilmu jurnalistik bisa mengikuti training-training di lembaga swasta
tersebut.
B.
Dunia Media Massa
Apakah yang dimaksud sebagai media massa? Media massa atau kadang hanya
disebut sebagai media, adalah peralatan (sarana) untuk menyebarkan informasi ke
masyarakat. Media massa
ada yang bersifat komersial (dijual dan menerima iklan). Ada pula yang bersifat non komersial dan
dibiayai oleh lembaga penyelenggaranya. Biasanya media massa non komersial diselenggarakan oleh
lembaga-lembaga kenegaraan, keagamaan, pemerhati lingkungan dan sosial
kemasyarakatan, atau sebagai alat promosi dan PR bagi perusahaan besar.
Misalnya majalah maskapai penerbangan yang ditaruh di masing-masing kursi
pesawat.
Ada berapa
macamkah media massa saat ini? Saat ini kita mengenal media massa cetak, media
massa radio, media massa film (bioskup), media massa televisi, kantor berita,
media massa luar ruang (poster, spanduk, billboard, balon) dan multi media
(internet/web site).
Media massa
manakah yang paling terkait dengan pekerjaan jurnalistik? Yang paling terkait
dengan pekerjaan jurnalistik adalah media massa
cetak, radio, tivi dan kantor berita. Sementara film, media luar ruang dan
multi media kurang terkait dengan kerja jurnalistik secara langsung.
Media massa
manakah yang paling berpengaruh saat ini? Media massa yang paling berpengaruh saat ini
adalah televisi. Sebab daya jangkau televisi sangat luas, serentak dan cepat.
Nomor dua media massa cetak. Media massa radio pernah berperan sangat besar
pada waktu perang dunia I maupun II. Sebab pada saat itu media televisi belum
berkembang seperti sekarang. Media kantor berita
biasanya hanya berbentuk buletin atau kalau sekarang berupa web site. Fokus
kantor berita internasional saat ini adalah fotografi.
Mungkinkah salah satu bentuk media massa itu akan mati
karena desakan jenis media yang lebih kuat? Tidak mungkin. Sebab masing-masing
memiliki kekuatan yang tidak tergantikan. Contohnya media radio yang pernah sangat
berpengaruh pada era perang dunia II, kemudian surut karena terdesak media
televisi pada tahun 1980an. Namun media radio kembali menemukan perannya ketika
lalulintas di kota besar menghadapi masalah kemacetan. Di
sinilah radio kembali memegang peranan penting dan menemukan pasarnya. Media
radio cocok untuk masyarakat/orang yang sedang melakukan sesuatu hingga tidak
mungkin membaca atau menonton tivi. Misalnya mereka yang sedang mengemudikan
mobil, bekerja di pabrik, kebun dan lain-lain.
C. Media Massa Cetak
Apa sajakah
yang dikatagorikan sebagai media massa cetak? Yang
dikatagorikan sebagai media massa
cetak adalah koran, tabloid, majalah, bulletin, jurnal dan news letter.
Apakah yang membedakan media massa cetak dengan buku?
Media massa cetak diterbitkan secara periodik, dengan nama penerbitan sama, diberi nomor serta tanggal terbit dan memuat isi yang bersifat faktual. Sementara buku tidak terbit secara periodik dan memuat isi yang tidak bersifat faktual.
Media massa cetak diterbitkan secara periodik, dengan nama penerbitan sama, diberi nomor serta tanggal terbit dan memuat isi yang bersifat faktual. Sementara buku tidak terbit secara periodik dan memuat isi yang tidak bersifat faktual.
Bagaimanakah
periodisasi terbitnya media massa cetak? Periodisasi terbitnya media massa
cetak pada umumnya adalah: harian, mingguan, dua mingguan, bulanan, dua
bulanan, tiga bulanan, empat bulanan, tengah tahunan dan tahunan. Media massa
yang terbit harian, umumnya koran. Sementara yang terbitnya dua bulanan sampai
setahun sekali umumnya jurnal. Periodisasi yang paling
banyak digunakan, selain harian adalah mingguan dan bulanan. Biasanya tabloid
dan majalah menggunakan pola terbit mingguan dan bulanan.
Bagaimanakah media massa cetak dibuat? Media massa cetak dibuat dengan cara mencari dan
mengumpulkan bahan, baik bahan tertulis, gambar dan foto. Pekerjaan ini
dilakukan oleh para wartawan. Bahan itu diolah menjadi tulisan oleh redaksi,
untuk selanjutnya ditata dalam halaman-halaman penerbitan, dibuat film dan
plate lalu dicetak, untuk majalah harus dijilid dan kemudian diedarkan. Baik secara cuma-cuma maupun dijual.
Bagaimanakah
media massa cetak diedarkan? Media massa cetak diedarkan secara cuma-cuma oleh
lembaga kenegaraan/pemerintahan, keagamaan, perusahaan dll. Media massa cetak
yang diedarkan secara komersial, bisa dijual di agen koran/majalah (di lapak),
dijual para pengasong di jalan raya, di toko buku dan dilanggan oleh konsumen.
Pelanggan bisa menerima penerbitan media massa melalui jasa pos, hantaran atau
loper yang dipekerjakan oleh agen.
Bagaimanakah
penerbitan media massa cetak dibiayai? Media massa cetak non komersial,
dibiayai oleh anggaran lembaga yang menerbitkannya, karena akan diedarkan
secara cuma-cuma. Media massa cetak komersial, dibiayai dari penjualan media
massa tersebut, uang langganan dan jasa penjualan halaman untuk dipasangi
iklan. Ada pula pemasukan dari advertorial (iklan dalam bentuk artikel). Media
massa tertentu, juga memperoleh pendapatan dari produk pendukungnya (barang
promosi). Bahkan kadang-kadang produk pendukung ini justru bisa mendatangkan
pemasukan lebih tinggi.
Apakah untuk menerbitkan media massa cetak memerlukan
ijin khusus?
Sebelum tahun 1998, penerbitan media massa cetak memerlukan ijin khusus yang pengurusannya sangat rumit dan berbelit serta memerlukan dana besar. Hingga pada waktu itu SIUPP (Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers) memiliki nilai komersial yang sangat tinggi. Setelah tahun 1998, penerbitan media massa cetak bisa dilakukan dengan bebas oleh siapa saja.
Sebelum tahun 1998, penerbitan media massa cetak memerlukan ijin khusus yang pengurusannya sangat rumit dan berbelit serta memerlukan dana besar. Hingga pada waktu itu SIUPP (Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers) memiliki nilai komersial yang sangat tinggi. Setelah tahun 1998, penerbitan media massa cetak bisa dilakukan dengan bebas oleh siapa saja.
D.
Wartawan, Redaktur dan Penulis Lepas
Apakah yang dimaksud sebagai wartawan,
redaktur dan penulis lepas? Wartawan, jurnalis atau reporter adalah profesi
untuk memperoleh informasi dengan mendatangi sumbernya. Istilah yang
dipergunakan untuk melakukan pekerjaan ini adalah meliput. Hasil liputan para
wartawan, akan ditulis dan diserahkan ke redaktur untuk diseleksi, diolah lagi
dan disajikan dalam bentuk tulisan di media cetak, siaran radio atau televisi.
Penulis/wartawan lepas (free lance) adalah penulis berita, reportase, artikel,
feature dan bentuk tulisan lain yang tidak terikat (bekerja) di satu lembaga.
Penulis/wartawan lepas bisa bekerja di rumah masing-masing dan mengirimkan
hasil tulisannya ke media manapun.
Ada berapa
macamkah wartawan yang biasa melayani media massa? Sesuai dengan medianya, ada
wartawan media massa cetak (koran, tabloid, majalah); wartawan radio, wartawan
televisi dan wartawan kantor berita. Kalau dilihat dari jenis pekerjaannya ada
wartawan biasa yang pekerjaannya menulis berita dan ada wartawan foto yang
pekerjaannya memotret. Dengan berkembangnya media televisi, kemudian dikenal
pula reporter yang pekerjaannya mewawancarai sumber berita dan cameraman yang
tugasnya mengambil gambar audio visual dari peristiwa atau sumber. Dilihat dari
prestasinya, ada wartawan biasa dan ada pula wartawan senior. Yang disebut
wartawan senior, bukan mereka yang sudah menggeluti profesi kewartawanan cukup
lama atau usianya sudah tua, melainkan yang mampu mencapai prestasi kerja
kewartawanan dan diakui oleh masyarakat.
Apakah beda wartawan dengan redaktur?
Wartawan adalah pemburu informasi di lapangan, sementara redaktur adalah juru
masak yang memberi order peliputan, mengumpulkan hasil liputan dan mengolahnya
menjadi tulisan. Di koran-koran besar, wartawan dikelompokkan sesuai dengan
rubrik yang ditangani. Misalnya wartawan ekonomi, politik, olahraga, budaya
dll. Masing-masing rubrik dikepalai oleh redaktur yang disebut desk.
Apakah yang disebut pemimpin redaksi, redaktur
pelaksana, redaktur pracetak dan sekretaris redaksi? Pemimpin redaksi adalah
pemegang kekuasaan tertinggi di bagian redaksi sebuah media massa. Pekerjaan utamanya adalah membuat
kebijakan dan meneruskannya ke redaktur pelaksana untuk diaplikasikan pada
kegiatan sehari-hari. Di koran besar, redaktur pelaksana memimpin desk yang
masing-masing dibantu oleh wartawan rubrik. Selain itu ada wartawan non desk
yang biasanya langsung berada di bawah redaktur pelaksana atau pemimpin
redaksi. Redaktur pracetak adalah redaksi yang pekerjaannya menangani lay out
penerbitan pers termasuk segi artistiknya. Di koran-koran pagi biasanya juga
dikenal istilah redaktur malam. Yakni redaksi yang bertugas pada malam hari
sebelum batas deadline koran untuk naik cetak. Sekretaris redaksi adalah kepala
rumahtangga redaksi. Urusannya mulai dari administrasi naskah, uang transpor,
honor, kegiatan rapat dll. Sekretaris redaksi bertanggungjawab langsung kepada
pemimpin redaksi.
Manakah yang jenjangnya lebih tinggi:
wartawan atau redaktur/redaktur pelaksana? Wartawan dan redaksi adalah jenis
pekerjaan yang berbeda. Wartawan adalah jenjang profesi. Sama dengan dosen,
dokter, pengacara dll. yang jenjangnya sangat tergantung dari keahlian dan
prestasinya dalam menjalankan profesi. Sementara redaktur (desk), redaktur
pelaksana, pemimpin redaksi, redaktur pracetak dan sekretaris redaksi berikut
para wakilnya adalah jenjang struktural. Hingga bisa saja penghasilan seorang
wartawan senior dalam satu perusahaan pers, lebih tinggi dari redaktur bahkan
redaktur pelaksananya. Sama halnya dengan di rumah sakit atau perguruan tinggi,
yang gaji dokter spesialis atau guru besarnya lebih tinggi dari kepala bagian
atau kepala jurusan.
Bagaimanakah caranya agar seseorang bisa
menjadi wartawan/penulis lepas? Caranya harus dengan menulis berita, hasil
reportase, artikel feature atau bentuk tulisan lain dan mengirimkannya ke media
massa. Semakin
sering karya seseorang dimuat media massa,
maka kredibilitasnya akan semakin baik. Namun yang bisa benar-benar menjadi
wartawan/penulis lepas, dalam arti hidup dari honorarium menulis, hanyalah
mereka yang sudah mampu meraih status sebagai wartawan senior.
Apakah penyair, cerpenis dan novelis yang
karyanya sering muncul di media massa
bisa dikatagorikan sebagai penulis lepas (free lance)? Tidak bisa. Sebab mereka
lebih lazim disebut sasterawan. Yang mereka tulis pun karya fiksi. Istilah
penulis lepas, lazim digunakan hanya untuk menyebut penulis berita, artikel dan
feature yang tidak terikat bekerja di satu perusahaan pers.
E.
Pendidikan Menulis dan Jurnalis
Ada berapa macamkah pendidikan menulis dan jurnalis? Pendidikan menulis
(dalam arti mengarang, menyusun tulisan), sudah mulai diajarkan sejak di bangku
SD. Pelajaran menulis
ini terus berlanjut sampai ke jenjang perguruan tinggi. Di sini, keterampilan
menulis sangat diperlukan dalam rangka menyusun karya ilmiah sebagai bagian
dari tugas akhir maupun hasil penelitian. Sementara pendidikan jurnalis
(kewartawanan) hanya diajarkan secara formal di jurusan publisistik atau
jurnalistik di perguruan tinggi yang membuka jurusan ini, baik untuk program
diploma maupun strata. Selain pendidikan formal, menulis dan kewartawanan juga
diajarkan di berbagai lembaga pelatihan/training. Media massa besar, baik
cetak, radio, televisi dan kantor berita juga mengajarkan keterampilan menulis
dan jurnalis melalui program in house training.
Profesi apa
sajakah yang terkait dengan kegiatan tulis menulis?
Profesi yang terkait dengan kegiatan tulis menulis antara lain sasterawan (penyair, cerpenis, novelis, penulis naskah drama), wartawan, kolumnis, esais, penulis teks iklan (copy writer), penulis script program radio/tivi, penulis skenario film/sinetron dan ghost writer (penulis pidato, sambutan, artikel dan buku untuk seorang tokoh).
Profesi yang terkait dengan kegiatan tulis menulis antara lain sasterawan (penyair, cerpenis, novelis, penulis naskah drama), wartawan, kolumnis, esais, penulis teks iklan (copy writer), penulis script program radio/tivi, penulis skenario film/sinetron dan ghost writer (penulis pidato, sambutan, artikel dan buku untuk seorang tokoh).
Apakah mereka yang sudah memiliki status
penulis/wartawan berarti tidak perlu belajar lagi? Mereka yang sudah meraih
predikat sebagai penulis/wartawan profesional pun tetap harus terus-menerus
belajar. Baik secara formal, non formal maupun informal. Pendidikan menulis
secara formal di perguruan tinggi, hanya terbatas menyangkut profesi jurnalis
(non fiksi). Sementara
sasterawan, tidak ada sekolah formalnya. Fakultas sastra di perguruan tinggi,
hanya sebatas mengajarkan ilmu sastra. Bukan mendidik
mahasiswa untuk menjadi sasterawan.
Dalam pendidikan menulis dan jurnalis,
manakah yang lebih penting: belajar atau berlatih? Berlatih jelas lebih
penting. Sebab kegiatan menulis atau menjadi wartawan, lebih memerlukan
keterampilan (skill) dan bukan sekadar pengetahuan. Selain dengan berlatih,
skill juga akan datang secara otomatis kalau seseorang terus-menerus bekerja
sambil memperbaiki diri. Keterampilan apa pun, hanya akan meningkat apabila
seseorang telah memiliki “jam terbang” cukup banyak.
Mengapa
informasi mengenai pendidikan tulis menulis dan kewartawanan sampai sekarang
sangat jarang sampai ke masyarakat? Sebab dunia tulis menulis memang hanya
digeluti oleh sedikit orang. Kebanyakan penulis buku petunjuk praktis menulis
dan kewartawanan, justru mereka yang tidak memiliki pengetahuan ilmu
jurnalistik. Misalnya sastrawan yang kebetulan juga wartawan, menulis buku
petunjuk untuk menjadi penulis/wartawan. Atau dosen perguruan tinggi membuat
buku petunjuk praktis “Menulis Ilmiah Populer di Media Masa”. Sementara mereka
yang memiliki pengetahuan jurnalistik cukup baik, jarang yang mau menyusun buku
petunjuk.
Referensi
Anonim, 2008, Jurnalistik Olahraga, dalam http://mbin034.multiply.com/journal/item/111/JURNALISTIK_OLAHRAGA,
akses terakhir 9 Desember 2008, 22:39 WIB
Ermanto, 2005, Wawasan
Jurnalistik Praktis, Yogyakarta: Cinta Pena.
F. Rahardi, 2005, Panduan
Lengkap Menulis Artikel, Feature, dan Esai untuk Pemula, Handout tidak diterbitkan.
Made Pramono, 2011, E-learning jurnalistik olahraga: http://ilmu.unesa.ac.id
Pape, Susan &
Featherstone, Sue, 2005, Newspaper
Journalism: A Practical Introduction, London: SAGE Publications Ltd.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar