A. Dasar-Dasar Pemberitaan
Berita digambarkan sebagai "konsep
kasar permulaan dari sejarah" (Ben Bradlee) atau dapat juga dijelaskan
sebagai "sesuatu yang penting, baru saja terjadi dan mempengaruhi
kehidupan kita." (Freda Morris, NBC).
Keterkaitan dan relevansi. Agar suatu cerita mempunyai pengaruh maka cerita tersebut
harus relevan dan untuk membuatnya relevan maka cerita tersebut harus
mempunyai kaitan dengan pembacanya. Hal-hal yang terjadi disekitar kita
kelihatannya lebih menarik dari pada hal-hal yang terjadi jauh di sana. Lebih
besar akibat yang akan diterima oleh pendengar; baik dalam kehidupan,
penghasilan maupun emosi mereka, semua itu akan lebih penting bagi
mereka.
Segera. Berita adalah sesuatu yang sedang terjadi. Apa yang terjadi kemarin
tidak berarti dan tidak perlu lagi disampaikan kecuali bila ada hal yang baru.
Satu cerita bisa dikatakan berita bila ada hal yang baru.
Menarik. Berita harus mempunyai daya tarik tinggi dan luas. Keahlian dari seorang
jurnalis adalah menarik relevansi cerita itu dengan pembaca dan menyajikannya
dengan jelas berdasarkan fakta dan cara yang menarik sehingga pembaca akan
mengetahui apa yang mereka perlu ketahui dan apa yang mereka ingin ketahui.
Mengandung unsur drama. Adegan tembak menembak, kekerasan, kebut-kebutan mobil, penyelamatan
di puncak bukit adalah unsur-unsur yang diramu untuk membuat film. Bahaya,
petualangan dan konflik menarik perhatian kebanyakan orang.
Menghibur. Meskipun tergantung dari gaya programnya, banyak editor berita
merasa bahwa berita bisa saja menghibur sekaligus memberikan informasi. Saat
ini keinginan untuk membuat pembaca tersenyum pada akhir buletin siaran radio dengan
memberikan berita ringan sedang populer. Hal semacam ini disebut ……."dan
akhirnya".
B. Sumber-Sumber
Berita
Wartawan
biasanya selalu berhubungan dengan orang-orang yang
terlibat dalam pemberitaan. Mereka selalu mencari berita-berita berikutnya. Hubungan
dengan manusia lain merupakan jalur hidup bagi para wartawan. Nama-nama dan
nomor telepon orang-orang yang biasa membuat berita atau memberi komentar
terhadap suatu pemberitaan harus disimpan dalam buku alamat. Dalam buku ini
juga dicatat nama-nama dan telpon orang-orang yang ahli dalam bidang-bidang
tertentu atau merupakan ahli dalam bidang tertentu.
Wartawan freelance. Mereka ini menjual tips atau berita. Mereka juga diperlukan bila
wartawan staff tidak ada.
Pelayanan kawat dan kantor berita (Wires Service and News Agency). Termasuk
di dalamnya pelayanan-pelayanan internasional seperti Reuters, Associated Press
(AP), Agence France Presse (AFP), Flash, Beta, dsb. Mereka mempunyai reporter
di seluruh dunia dan memberikan berita yang mungkin tidak dapat di akses
sendiri oleh stasiun radio. Stasiun TV membayar langganan untuk memakai
informasi dan potongan gambar yang disediakan.
Buku harian pemberitaan (News Diary) berisi informasi dari pos,
tips dari wartawan dan cerita-cerita yang diketahui terlebih dahulu misalnya
kasus-kasus pengadilan.
Menelpon untuk mencek (check calls). Menelpon secara rutin
pelayanan-pelayanan darurat seperti; Polisi, Pemadam Kebakaran, Ambulan,
Penjaga Pantai …… atau siapapun yang terlibat pekerjaan penyelamatan.
Siaran pers (press
release) dikirimkan oleh perusahaan-perusahaan, kelompok-kelompok
penekan, penguasa lokal, pemerintah, organisasi pokoknya siapapun yang
menginginkan pesannya sampai pada masyarakat. Kadang-kadang termasuk di
dalamnya rekaman untuk memberi ilustrasi pemberitaannya. Meskipun hal ini
merupakan sumber berita yang berharga, tapi ini perlu diteliti untuk mengetahui
apakah informasinya relevan dan bukan hanya merupakan publisitas gratis semata.
Konferensi pers, biasanya
diadakan untuk memperoleh publisitas. Jadi harus selektif dalam menghadiri atau
menyaring informasi darinya.
Media pemberitaan yang lain. Wartawan selalu memonitor satu sama lain. Meskipun demikian kita
tidak menjalankan usaha berita daur ulang. Kalau anda mengambil berita dari
suratkabar ingatlah bahwa berita itu mungkin bukan hanya tidak akurat tetapi
juga sudah lama.
Perlakukanlah berita-berita itu sebagai acuan saja. Cobalah periksa berita itu
melalui wawancara mengenai kebenarannya dan cobalah menuliskan sesuatu yang baru………apakah ada sesuatu yang terjadi
setelah artikel di surat kabar itu ditulis ………… apakah ada yang akan berubah,
dsb.
Arsip, buatlah
sebuah perpustakaan yang berisi arsip-arsip informasi yang mungkin berguna
kelak dalam pembuatan suatu berita tertentu. Cantumkan tanggal-tanggal penting
atau hari ulang tahun lembaga/instansi atau orang penting dalam buku harian
anda. Jangan sekali-kali mendasarkan cerita anda pada sumber tunggal saja.
Selalu ada dua sisi pada setiap cerita dan beberapa sumber ........ jadi periksalah
semua.
Atribusi. Penting bagi pendengar untuk
mendapatkan kejelasan SIAPA yang mengatakan APA. Sebagai contoh – jika sebuah
bom baru saja meledak, seringkali terjadi perbedaan penghitungan jumlah korban
meninggal atau luka-luka. Anda harus menyebutkan siapa yang memberi anda
informasi tersebut, misalnya: ‘Polisi menyatakan bahwa 10 orang terbunuh tadi malam
dalam sebuah ledakan di tengah kota Jakarta’. Jika ada sumber resmi lainnya
yang menyebutkan jumlah angka yang lebih tinggi, anda bisa mengatakan:
‘walaupun begitu pihak rumah sakit menyebutkan jumlah yang meninggal 20 orang”.
Nama atau Anonim. Jika anda memiliki nama dari nara
sumber anda, sebaiknya anda sebutkan. Ini akan membantu para pendengar
memutuskan nilai pentingnya dari informasi tersebut dan seberapa akurat
informasi tersebut. Sebagai contoh akan lebih baik jika anda sebut komentar
dari ‘Gubernur DKI Jakarta’, daripada menyebutkan: ’seorang pejabat
dilingkungan Pemda DKI’.
Saksi Mata. Saksi mata bisa menjadi sumber
informasi yang sangat baik, mereka bisa memberikan nuansa ketersegeraan dan
‘warna’ kedalam laporan anda. Tapi bagaimanapun juga, mereka mungkin berada
dalam keadaan syok – dan seringkali tidak bisa diandalkan untuk mendapatkan
fakta yang objektif. Sekali lagi harus anda perjelas bahwa yang anda kutip
adalah seorang saksi mata dan, jika mungkin, dimana mereka ketika kejadian
berlangsung dan seberapa dekat mereka dengan lokasi kejadian.
C.
Sudut Berita
Poin utama dalam berita harus selalu
dimasukan dalam baris pertama.
Anda harus mampu merebut perhatian
pendengar cukup lama agar
dapat memberikan rinciannya.
Apabila pengaruh dari
cerita itu diletakkan di bagian akhir,
maka kemungkinannya pendengar anda sudah tidak mendengarkan lagi. Pikirkanlah apa pengaruhnya bila mereka mengetahui
baris utama. Misalnya:
Ada pertemuan dengan para politisi
penting.
Konferensi Pers diselenggarakan di hotel
utama di daerah itu.
Mereka
telah mendiskusikan berbagai posisi politis dan siapa yang akan menjabatnya.
Kesimpulan yang diambil adalah tarif
telpon akan dinaikkan dua kali lipat
untuk menutupi biaya-biaya peralatan
baru.
Sajian utama/top line dari berita itu
seharusnya adalah "Tarif telpon akan dinaikkan dua kali lipat". Ini berpengaruh bagi pembaca. Hal-hal
lainnya tidak begitu penting.
D. Bentuk-bentuk
Tulisan di Media Massa
Apakah yang disebut sebagai Artikel?
Masyarakat luas, mengangap semua tulisan di media cetak (koran, majalah,
tabloid, bulletin, jurnal dan news letter) sebagai artikel. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), artikel disebut sebagai: karya tulis lengkap, misalnya
laporan berita atau esai di majalah, surat
kabar dsb. Dalam ilmu jusnalistik, artikel adalah salah satu bentuk tulisan non
fiksi berisi fakta dan data yang disertai sedikit analisis dan opini dari
penulisnya.
Apakah yang disebut sebagai features?
Feature sering diartikan sebagai tulisan khas di media massa. Dalam KBBI, entri feature tidak ada.
Dalam kamus-kamus bahasa Inggris, feature diartikan sebagai: a distinctive or regular article in a
newspaper or magazine. Dalam ilmu jurnalistik, features merupakan salah
satu bentuk tulisan non fiksi, dengan karakter human interest yang kuat.
Apakah yang disebut esai? Menurut KBBI, esai
adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari
sudut pandang pribadi penulisnya. Menurut kamus Webster’s (essay) adalah: a short literary composition of an
analytical, interpretive, or reflective kind, dealing with its subject in a
nontechnical, limited, often unsystematic way and, usually, expressive of the
author’s outlook and personality. Menurut ilmu jurnalistik, esai adalah
tulisan berupa pendapat seseorang tentang suatu permasalahan ditinjau secara
subyektif dari berbagai aspek/bidang kehidupan.
Apakah bentuk-bentuk tulisan lain di media massa? Yang paling banyak
dijumpai di koran dan majalah adalah berita (news). Dalam dunia jurnalistik,
news dikelompok-kelompokkan lagi menjadi spot news, stright news, interpreted
news, interpretative news, news story dll. Selain itu masih ada bentuk-bentuk
tulisan lain seperti reportase, information story, info grafis, resensi
buku/film, tajuk, resep masakan, daftar harga dll.
Apakah yang disebut sebagai News (berita)?
News atau berita adalah bentuk tulisan non fiksi berdasarkan sebuah peristiwa
faktual, yang lazim disebut sebagai stright news (berita lempang atau berita
langsung). Selain itu masih ada spot news (berita singkat); interpeted news
(berita pendapat); interpretative news (berita dengan interpretasi);
investigative news (berita penyidikan) dll.
Bentuk tulisan manakah yang paling mungkin
untuk ditulis oleh pihak luar (bukan wartawan atau redaksi penerbitan
tersebut)? Yang selalu diisi oleh pihak luar adalah artikel, opini dan esai.
Yang kadang-kadang juga masih bisa diisi oleh pihak luar adalah feature dan
reportase. Namun bentuk tulisan Opini dan Esai lebih sulit dipelajari dibanding
dengan artikel. Sementara feature juga lebih mudah dikerjakan oleh bukan
wartawan dibanding dengan reportase. Karenanya, bentuk tulisan artikel dan
feature paling mudah dan bermanfaat untuk dipelajari oleh kalangan bukan
wartawan profesional.
E.
Tentang Artikel
Apakah yang disebut sebagai artikel dalam
dunia jurnalistik? Dalam dunia jurnalistik, artikel adalah salah satu bentuk
tulisan non fiksi (berdasarkan data dan fakta) dan diberi sedikit analisis
serta pendapat oleh penulisnya. Biasanya, artikel hanya menyangkut satu pokok
permasalahan, dengan sudut pandang hanya dari satu disiplin ilmu. Teknik yang
digunakan umumnya deduktif – induktif atau sebaliknya.
Apakah beda artikel dengan interpretative
news? Interpretative news juga merupakan salah satu bentuk tulisan non fiksi
yang juga diberi opini oleh penulisnya. Namun kalau sebuah artikel sudah bisa
ditulis hanya dengan bahan data dan fakta, maka interpretative news harus
berdasarkan peristiwa faktual. Kalau artikel bisa ditulis oleh siapa saja, maka
interpretative news biasanya hanya ditulis oleh intern wartawan atau redaktur
dari penerbitan bersangkutan.
Apakah beda artikel dengan opini dan kolom?
Dalam pengertian sehari-hari, artikel, opini, kolom bahkan juga esai dianggap
sama dan bisa saling dipertukarkan tempatnya. Dalam dunia jurnalistik, opini
dibedakan dengan artikel karena dalam opini, pendapat pribadi (buah pikiran) si
penulis lebih diutamakan. Sementara dalam artikel, pendapat pribadi si penulis
biasanya dikemukanan dalam bentuk analisis atau data dan fakta tandingan, yang
berbeda dengan data dan fakta yang dijadikan bahan tulisan. Dengan adanya
analisis serta data dan fakta tandingan itu, pembaca artikel diharapkan bisa
mengambil kesimpulan sendiri. Kolom adalah artikel, opini, esai atau tulisan
lain oleh penulis tetap, yang diberi ruang (rubrik) yang tetap pula.
Apakah beda artikel dengan esai? Dalam dunia
jurnalistik, esai merupakan bentuk tulisan yang paling sulit. Meskipun dalam
KBBI esai hanya disebut sebagai: karangan prosa yang membahas suatu masalah
secara sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya. KBBI memang
mewakili pendapat umum masyarakat yang menganggap esai sama dengan artikel,
opini dan kolom. Padahal
esai merupakan artikel yang dalam menganalisis, si penulis mengambil angle dari
beberapa disiplin ilmu, dengan subyektifitas yang khas dari penulisnya. Hingga
penulis esai yang baik, dituntut untuk memiliki minat serta pengetahuan yang
luas, dengan kepribadian yang khas.
Secara
konkrit, bagaimanakah biasanya sebuah artikel ditulis? Artikel paling mudah
ditulis dengan metode induksi atau deduksi. Dalam metode induksi, penulis
berangkat dari sebuah contoh khusus, misalnya kasus korupsi untuk membuat
kesimpulan yang bersifat umum tentang gejala korupsi. Dalam metode deduksi,
penulis menggunakan cara kebalikan dari induksi, yakni menggunakan sebuah
gejala umum untuk membuat kesimpulan terhadap contoh khusus. Misalnya, penulis
menunjukkan bagaimana amburadulnya pengaturan lalulintas di suatu tempat, lalu
gejala umum tersebut digunakan untuk menyimpulkan bahwa sebuah contoh
kecelakaan lalulintas merupakan akibat dari gejala umum tersebut.
F.
Tentang Feature
Apakah yang disebut sebagai feature? Kalau
entri artikel sudah masuk dalam KBBI, maka entri feature masih belum ada.
Meskipun demikian, di depan telah disebutkan bahwa feature dalam kamus-kamus
bahasa Inggris diartikan sebagai tulisan khas (dengan karakter yang kuat) yang
dimuat secara reguler di surat
kabar atau majalah.
Apakah yang membedakan feature dengan berita
(stright news maupun interpreted news) dan artikel? Berita lebih mengutamakan
fakta dan data aktual (berdasarkan sebuah peristiwa aktual) yang ditulis secara
lempang tanpa opini (stright news); dengan opini dari luar si penulis
(intrepreted news) maupun opini dari si penulisnya (interpretative news). Artikel ditulis berdasarkan data dan
fakta (belum tentu peristiwa faktual), diberi analisis dan opini (berupa fakta
dan data tandingan) dari si penulis. Feature merupakan
tulisan berdasarkan data dan fakta peristiwa aktual, namun meterinya diseleksi
yang lebih menekankan segi human interest.
Ada berapa
jenis featurekah yang selama ini dikenal dalam dunia jurnalistik? Ada puluhan
jenis feature. Mulai dari feature tentang manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan,
alam, sejarah, anthropologi, luar angkasa, hantu-hantu.
Apakah
tema-tema berdasarkan bidang/sektor kehidupan bisa diangkat sebagai feature? Bisa.
Misalnya bidang sosial, politik, budaya, ekonomi dll. Sektornya mulai dari
kesenian, pemerintahan, perdagangan dll. Namun dalam mengangkat bidang, sektor
maupun komoditas yang lebih konkrit menjadi sebuah feature, penulis akan
menekankan segi manusianya, binatangnya, tumbuh-tumbuahnya atau alamnya. Bukan
menekankan segi permasalahannya. Hal yang terakhir ini lebih tepat diangkat
menjadi artikel atau esai.
Secara konkrit, bagaimanakah sebuah feature
ditulis? Misalnya ada kecelakaan pesawat terbang. Stright newsnya adalah berita
tentang kecelakaan tersebut. Kemudian ada interpreted news dari maskapai
penerbangan, pabrik pesawat, aparat perhubungan, pihak keluarga korban dll.
mengenai kecelakaan tersebut. Ada
lagi artikel dari seorang pakar cuaca yang mengulas kecelakaan tersebut dari
aspek buruknya cuaca pada saat peristiwa terjadi. Feature yang bisa ditulis
antara lain: 1 Mengenai istri/anak pilot yang menjadi korban; 2 Pacar pramugari
yang juga menjadi korban; Petugas SAR yang tanpa kenal lelah membantu
mengumpulkan jasad para korban dll. dengan menekankan segi human interestnya.
G.
Tentang Esai
Apakah yang disebut esai dalam dunia
jurnalistik? Kata kunci pada bentuk tulisan esai adalah adanya faktor analisis,
interpretasi, dan refleksi. Karakter esai, umumnya non teknis, non sistematis,
dengan karekter dari penulis (unsur subyektifitas) yang menonjol.
Apakah beda esai dengan artikel dan opini?
Beda esai dengan artikel dan opini adalah, esai lebih mengutamakan faktor
analisis secara individual. Sementara artikel lebih mengutamakan analisis dengan bantuan teori atau
disiplin ilmu tertentu. Pada bentuk tulisan opini, pendapat pribadi penulis
(bukan analisis) lebih diutamakan.
Benarkah
semua penulis artikel dan sasterawan mampu menulis esai? Pertama-tama tidak
semua wartawan dan sasterawan mampu menulis artikel dan feature. Kedua, tidak
semua penulis artikel, feature dan sasterawan mampu menulis esai. Hanya sedikit wartawan dan sasterawan yang mampu menjadi penulis
esai. Sebab bentuk tulisan ini termasuk yang paling sulit dikuasai. Namun
penulis esai, hampir selalu bisa menulis artikel dan feature dengan cukup baik.
Mengapa esai merupakan bentuk tulisan yang
paling sulit untuk dikuasai penulis?
Tingkat kesulitan esai, terutama disebabkan oleh karakternya yang non teknis dan non sistematis. Hingga kekuatan esai hanyalah tertumpu pada daya analisis, refleksi dan karakter pribadi si penulis. Karenanya, teknik menulis esai dari seseorang, akan sulit untuk dipelajari dan ditiru oleh penulis lain. Sementara teknik menulis artikel dan feature dari seorang penulis kenamaan, bisa dipelajari dan ditiru oleh penulis pemula.
Tingkat kesulitan esai, terutama disebabkan oleh karakternya yang non teknis dan non sistematis. Hingga kekuatan esai hanyalah tertumpu pada daya analisis, refleksi dan karakter pribadi si penulis. Karenanya, teknik menulis esai dari seseorang, akan sulit untuk dipelajari dan ditiru oleh penulis lain. Sementara teknik menulis artikel dan feature dari seorang penulis kenamaan, bisa dipelajari dan ditiru oleh penulis pemula.
Bagaimanakah
persyaratan agar seseorang bisa menjadi penulis esai yang baik?
Seorang peulis esai, dituntut memiliki tingkat kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual di atas rata-rata. Seseorang yang cerdas secara intelektual, lebih cocok untuk menjadi penulis artikel. Mereka yang memiliki tingkat kecerdasan intelektual dan emosional tinggi lebih pas menjadi penulis feature dan opini. Kalau kecerdasan intelektual dan emosional itu ditambah dengan kecerdasan spiritual dan pengetahuan serta wawasan luas, maka dia bisa menjadi penulis esai yang baik.
Seorang peulis esai, dituntut memiliki tingkat kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual di atas rata-rata. Seseorang yang cerdas secara intelektual, lebih cocok untuk menjadi penulis artikel. Mereka yang memiliki tingkat kecerdasan intelektual dan emosional tinggi lebih pas menjadi penulis feature dan opini. Kalau kecerdasan intelektual dan emosional itu ditambah dengan kecerdasan spiritual dan pengetahuan serta wawasan luas, maka dia bisa menjadi penulis esai yang baik.
H.
Struktur Berita, Artikel, Feature dan Esai
Apakah yang dimaksud sebagai struktur
tulisan dalam dunia jurnalistik? Yang dimaksud sebagai struktur tulisan dalam
dunia jurnalistik adalah susunan, bangunan atau pola dari tulisan tersebut.
Misalnya, pada (bagian yangt) terbalik sumumnya
struktur berita adalah piramida ( runcing berada di bawah).
Mengapa
struktur berita berupa piramida terbalik? Piramida terbalik mengibaratkan bahwa
bagian yang besar (isinya banyak, penting); berada di bagian atas. Makin ke bawah, bentuk piramida tersebut makin mengecil dan
meruncing. Ibaratnya, makin ke bawah volume berita tersebut makin sedikit,
sementara isinya juga menjadi kurang penting. Dalam kenyataan, isi sebuah
berita sama saja. Misalnya, kalau di bagian atas dalam satu alinea terdiri dari
6 kalimat dan 30 kata, maka di bagian bawah bisa saja satu alinea malahan
berisi 8 kalimat dengan 40 kata. Namun, kadar kepentingan dan kepadatannya
(variasi informasi yang terkandung di dalamnya), justru lebih sedikit.
Bagaimanakah dengan struktur artikel dan
feature? Artikel dan feature tidak berbentuk piramida terbalik melainkan balok
sama besar. Bentuk demikian dimaksudkanzyang memanjang dari atas ke bawah untuk menunjukkan bahwa dalam
artikel maupun feature, bagian yang paling atas, sama pentingnya dengan yang di
tengah maupun yang di bawah.
Bagaimanakah detil komponen struktur artikel
dan feature tersebut? Secara umum, semua tulisan selalu terdiri dari judul
(bisa dengan atau tanpa anak judul) , nama penulis (bisa di atas bisa di bawah,
bisa tidak ada), summary (ringkasan)
atau etalase/intro; lead (kepala
tulisan), body dan ending.
Apakah yang dimaksud dengan summary dan lead dalam artikel/feature? Banyak penulis bahkan redaktur
penerbitan yang sulit untuk membedakan antara summary atau etalase atau intro
dengan lead atau kepala tulisan. Summary, etalase atau intro, hanya dimaksudkan
untuk “daya tarik awal” setelah pembaca melihat judul dan juga foto (dalam
feature). Fungsi ini tidak terlalu penting jika dibanding dengan lead atau
kepala tulisan. Dalam News, lead
memuat sekaligus semua informasi (what,
who, when, where, why dan how = 5 W 1 H) dalam satu alinea. Misalnya: Tadi malam pukul 22.30
WIB (when), telah terjadi kecelakaan lalulintas (what), di jalan tol Jagorawi (where).
Kecelakaan tersebut terjadi antara (how)
bus penumpang dengan truk gandengan (what).
Dalam kecelakaan ini sebanyak 10 orang tewas dan belasan lainnya luka-luka (how). Diduga kecelakaan terjadi karena
bus tersebut mengalami pecah ban (why),
dst.
Dengan hanya membaca lead sebuah berita, seorang pembaca sudah bisa tahu seluruh isi berita secara garis besar, tanpa harus melanjutkan membaca seluruh berita. Dalam artikel dan feature, fungsi lead adalah, untuk membuat pembaca tidak bisa berhenti membaca sebelum tulisan selesai. Hingga fungsi lead tersebut justru untuk memberikan daya tarik, namun harus dibatasi hingga tidak semua informasi tuntas dalam sebuah lead. Karena fungsinya yang demikian penting, lead dalam artikel dan feature sering diibaratkan seperti serve dalam badminton, voley atau tenis.
Dengan hanya membaca lead sebuah berita, seorang pembaca sudah bisa tahu seluruh isi berita secara garis besar, tanpa harus melanjutkan membaca seluruh berita. Dalam artikel dan feature, fungsi lead adalah, untuk membuat pembaca tidak bisa berhenti membaca sebelum tulisan selesai. Hingga fungsi lead tersebut justru untuk memberikan daya tarik, namun harus dibatasi hingga tidak semua informasi tuntas dalam sebuah lead. Karena fungsinya yang demikian penting, lead dalam artikel dan feature sering diibaratkan seperti serve dalam badminton, voley atau tenis.
Bagaimanakah tepatnya struktur sebuah esai?
Sebagai sebuah tulisan, esai juga menuntut adanya jusdul, etalase, lead, body
dan ending. Namun struktur secara keseluruhan tidak seketat dan sebaku pada
artikel dan feature. Justru karena tidak adanya kebakuan tersebut, maka sebuah
esai dari penulis kenamaan, sulit untuk dipelajari dan dicontoh oleh penulis
pemula. Karakter esai yang non teknis dan non sistematis menjadi kendala untuk
membakukan struktur penulisannya.
I.
Metode Induktif dan Deduktif dalam Artikel
Seberapa pentingkah data dan fakta dalam
sebuah artikel? Data dan fakta merupakan materi yang paling penting dalam
sebuah artikel. Sebab tanpa data dan fakta yang kuat, maka artikel akan berubah
menjadi opini. Misalnya, ketika terjadi sebuah kecelakaan lalulintas hebat yang
menewaskan puluhan siswa SMU, maka seorang penulis artikel yang baik akan
segera membuka file tantang kecelakaan lalulintas yang memakan korban cukup
banyak, jenis kendaraannya, jumlah korbannya, lokasi dan waktu kejadiannya,
penanganannya oleh pihak yang berwajib dll. Dengan data-data tersebut, si
penulis artikel bisa membuat analisis sederhana dan menyimpulkan, apakah
kecelakaan lalulintas di negeri kita selama sepuluh tahun terakhir ini
meningkat atau menurun? Kalau meningkat mengapa? Kalau menurun mengapa? Sebab
tekanan utama pada penulisan artikel adalah pada pertanyaan mengapa dan
bagaimana.
Apakah penulisan artikel mutlak harus
menggunakan metode induktif/deduktif?
Tidak harus. Bahkan sebenarnya tidak pernah ada pedoman baku bagaimana seharusnya sebuah artikel ditulis. Selain metode induktif deduktif, bisa pula digunakan metode thesis – antithesis dan sinthesis. Bisa pula dengan metode pengajuan pertanyaan 5 W 1 H yang akan dibahas lebih rinci pada bab VII dan VIII, khususnya tentang alinea.
Tidak harus. Bahkan sebenarnya tidak pernah ada pedoman baku bagaimana seharusnya sebuah artikel ditulis. Selain metode induktif deduktif, bisa pula digunakan metode thesis – antithesis dan sinthesis. Bisa pula dengan metode pengajuan pertanyaan 5 W 1 H yang akan dibahas lebih rinci pada bab VII dan VIII, khususnya tentang alinea.
Mengapa
metode induktif/deduktif menjadi populer? Karena metode ini paling mudah
diterapkan bagi para pemula. Misalnya, ketika terjadi bencana tanah longsor
(contoh kasus = hal khusus), semua pihak pasti segera mengkaitkannya dengan
penggundulan hutan dan perusakan lingkungan (gejala umum). Metode berpikir
induktif ini juga bisa dibalik menjadi deduktif. Pertama kita kemukakan gejala
penggundulan hutan dan perusakan alam dengan bergagai data dan faktanya, dari
gejala umum ini, kita tarik kesimpulan pada contoh-contoh khusus yang sangat
spesifik namun cukup kuat. Misalnya perubahan iklim makro, pemanasan global
dll.
Apakah
menulis artikel perlu latar belakang, tujuan, permasalahan dst?
Metode penulisan ilmiah dengan latar belakang, tujuan, kerangka pikir, permasalahan, pemecahan permasalahan, kesimpulan dan saran dsb, tetap bisa digunakan dalam menulis artikel. Namun dalam mengemukakan latar belakang misalnya, tetap harus digunakan data dan fakta aktual. Misalnya kalau kita menggunakan metode deduktif, kerusakan hutan dan lingkungan yang kita jadikan sebagai latar belakang, harus disertai dengan fakta dan data yang jelas, lengkap dan akurat. Analisis dan opini yang disampaikan pun, harus berupa data. Misalnya, kita bisa mengatakan bahwa perusakan hutan dan alam akan berakibat pada kerusakan seluruh ekosistem seperti telah terjadi di negara A, B dan C. Hingga kita perlu melakukan penghijauan dan reboisasi seperti telah dilakukan oleh negara D, E dan F yang dulu hutannya pernah rusak tetapi pulih kembali.
Metode penulisan ilmiah dengan latar belakang, tujuan, kerangka pikir, permasalahan, pemecahan permasalahan, kesimpulan dan saran dsb, tetap bisa digunakan dalam menulis artikel. Namun dalam mengemukakan latar belakang misalnya, tetap harus digunakan data dan fakta aktual. Misalnya kalau kita menggunakan metode deduktif, kerusakan hutan dan lingkungan yang kita jadikan sebagai latar belakang, harus disertai dengan fakta dan data yang jelas, lengkap dan akurat. Analisis dan opini yang disampaikan pun, harus berupa data. Misalnya, kita bisa mengatakan bahwa perusakan hutan dan alam akan berakibat pada kerusakan seluruh ekosistem seperti telah terjadi di negara A, B dan C. Hingga kita perlu melakukan penghijauan dan reboisasi seperti telah dilakukan oleh negara D, E dan F yang dulu hutannya pernah rusak tetapi pulih kembali.
Bolehkah
dalam menulis artikel kita hanya menggunakan pernyataan umum?
Tidak boleh. Sebab artikel demikian pasti akan ditolak oleh redaktur penerbitan yang bonafid. Misalnya kita menyebut bahwa: “Akhir-akhir ini telah terjadi penggundulan hutan dan perusakan alam secara membabibuta oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab dst.” Pernyataan tersebut sangat umum dan dangkal karena tidak disertai dengan fakta dan data. Beda kalau misalnya kita sebutkan bahwa: “Tahun ini sekian juta hektar hutan primer telah ditebang habis oleh pengusaha HPH di provinsi A, B, C dan D. Dibanding dengan tahun lalu, angka penebangan ini telah naik empat kali lipat dst.
Tidak boleh. Sebab artikel demikian pasti akan ditolak oleh redaktur penerbitan yang bonafid. Misalnya kita menyebut bahwa: “Akhir-akhir ini telah terjadi penggundulan hutan dan perusakan alam secara membabibuta oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab dst.” Pernyataan tersebut sangat umum dan dangkal karena tidak disertai dengan fakta dan data. Beda kalau misalnya kita sebutkan bahwa: “Tahun ini sekian juta hektar hutan primer telah ditebang habis oleh pengusaha HPH di provinsi A, B, C dan D. Dibanding dengan tahun lalu, angka penebangan ini telah naik empat kali lipat dst.
J. Struktur Artikel
Jurnalistik
Bagian isi artikel dalam media massa cetak secara umum terbagi
menjadi 3, yakni teras (lead), tubuh (body), dan penutup (ending). Berikut penjelasan tentang struktur penulisan ketiganya.
a)
Teras (lead) terkadang disebut intro adalah alinea pembuka
artikel. Teras ditujukan sebagai pengantar gagasan atau pokok
pikiran penulisnya. Atau, teras ditujukan da-lam rangka menata pikiran
pembaca agar mengetahui isi artikel
secara keseluruhan. Teras yang baik harus mampu memikat pembaca agar
penasaran membaca terus.
b)
Tubuh (body) adalah
bagian isi artikel yang merupakan
uraian pokok pikiran dari teras yang
telah berhasil disusun. Uraian ini dibangun melalui sejumlah alinea.
c)
Penutup (ending) adalah bagian akhir dari penulisan artikel. Sebagai
bagian dari artikel yang paling akhir dibaca hendaknya disusun agar dapat menimbulkan
kesan yang mendalam bagi pembacanya dan berupa simpulan sementara atau simpulan
akhir.
a. Model-Model Penulisan Teras (Lead):
1. Model 5W 1H (who, where, when, why, what, how)
Contoh: Nurahmat (30) terkesiap ketika melihat rekannya, Peter
Chow, membayar 5 dolar AS untuk
parkir selama 1 jam 30 menit di kawasan Simpang Lima,
Semarang.
2. Model Kisahan
Contoh: Bajunya koyak-moyak. Wajahnya lebam seolah habis dipukuli dan posisi jari-jari tangannya yang
kaku seolah menyisakan sebuah perlawanan yang sengit dan keras, entah
dengan siapa. Sesosok mayat gadis belia
tergeletak di tepi jalan raya Karangjati, Semarang. Pagi itu, sempat memacetkan
lalu lintas hampir satu jam.
3. Model Pertanyaan
Contoh: Benarkah Presiden Yudhoyono,
yang belakangan ini sedang
pusing berat akibat melemahnya nilai tukar rupiah, hanya punya hobi membaca?
4. Model Kutipan Langsung
Contoh: “Saya tak akan serta-merta mengubah komposisi kabinet saya, hanya
gara-gara melemahnya nilai tukar rupiah”, ujar Presiden Yudhoyono kepada
wartawan.
5. Model Deskriptif
Contoh: Dari luar, gedung LPMP Jateng tak mengesankan sebuah institusi
yang selama ini telah mendiklat ribuan
guru. Pasalnya, sosok gedung ini lebih mirip hotel dengan halaman luas yang
asri dan nyaman. Apalagi, bangunan
gedungnya yang berkesan sebagai tempat
peristirahatan.
6. Model Ucapan Tokoh
Contoh: Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Ungkapan Bung Karno ini,
agaknya, masih pas untuk kita gunakan dalam menyelesaikan kemelut politik
belakangan ini.
7. Model Menuding
Contoh: Anda tentu masih ingat Ali Sadikin? Itu, lho,
satu-satunya gubernur DKI Jakarta yang
paling peduli terhadap
Ibu Kota. Terbukti, pada musibah banjir tempo hari, ia langsung turun ke
daerah-daerah paling rawan banjir.
8. Model Sapaan
Contoh: Kawanku, pengelolaan Semarang
sebagai ibu kota Jateng, belakangan ini, makin tak jelas. Kota
boleh heran, mengapa para pejabat Pemerintah Provinsi Jateng tak mau
mengurusi hal itu, selain mengizinkan
pembangunan mall secara gila-gilaan.
9. Model Parodi
Contoh: Begitu saja, kok, repot. Mungkin begitulah
yang ada dalam pikiran Mas Setiawan ketika harus menerima Astuti sebagai istri
keduanya.
10. Model Figuratif
Contoh:
Bagai panas setahun dihapus hujan sehari, begitulah kesan terhadap lembaga
Komisi Pemilihan Umum yang sejumlah anggotanya terlibat masalah korupsi.
11. Model Literer
Contoh: Kisah Si
Malin Kundang terjadi lagi di Bekasi, ketika Mustafa (18) kepergok tengah
memukuli ibu kandungnya, Nyi Desi (41). Warga yang marah segera menghakimi
Mustafa hingga babak-belur, Polisipun segera membawa pemuda pengangguran itu ke
rumah sakit terdekat.
12. Model Penggoda
Contoh:
Pengumuman yang kita nanti-nantikan akhirnya muncul; ya, sekitar awal September
2005, kita bisa mendengar pengumuman Pemerintah tentang kenaikan harga BBM dan
barangkali juga tarif listrik dan air.
13. Model Ringkasan
Contoh:
Ada hal yang menarik dari penjualan apartemen kelas menengah di dua kota besar
di Indonesia, Jakarta dan Surabaya, yakni
para konsumennya yang rata-rata berusia amat muda.
14.
Model Stakato
Contoh: Jelegur! Tret-tet-tet-tet!
Jelegur! Tret-tet-tet-tet! Petasan terus berbunyi mengiringi langkah sepasang
pengantin Betawi, yakni Bang Lilik dan Mpok Siti, kemarin siang di Pejaten,
Pasar Minggu.
15.
Model Dialog
Contoh: “Masuklah! Anda siapa?”,
ujar pemilik rumah itu, seorang wanita setengah baya yang masih
menyisakan kecantikannya, dengan
ramah. Aku sejenak termangu. Pasalnya, aku
tak mengenalnya. Apa aku salah
alamat?
16. Model Kumulatif
Contoh:
Masa kecilnya ia sudah mencuri mangga tetangga. Masa remajanya ia sudah
berurusan dengan polisi gara-gara mencopet. Masa mudanya ia sudah merasakan sel
penjara karena memerkosa pembantu rumah
tangganya. Kini, ia, Tuan Candra, adalah direktur akademi akuntansi yang
sukses.
17. Model Kontras
Contoh: Bibir
Monase yang tebal tak bisa menyembunyikan sinar kecewa dari matanya, ketika
mendengar Rohana, gadis yang selama ini diincarnya, akan melangsungkan
pernikahan. Tubuh Monasi yang tinggi besar itu pun ambruk, tak kuat menahan
kecewa.
18. Model Epigram
Contoh:
Ada ubi ada talas, ada budi ada balas, kiranya teoat untuk
melukiskan hubungan antara AS dan Indonesia.
b. Model-Model Penulisan Tubuh Artikel:
1.
Model Spiral
Contoh: Terlepas
dari masalah pro-kontra, tarif parkir mobil di Jakarta ada baiknya dinaikkan dalam jumlah
signifikan. Sebutlah Rp 4 ribu sampai Rp 6 ribu per jam. Kalau langkah
ini bisa dilakukan, rasanya warga akan sangat mengurangi perjalanan dengan
menggunakan kendaraan pribadi. Warga akan memilih kendaraan alternatif atau
naik kendaraan umum.
Kenaikan tarif
itu memang akan membuat publik berang, tetapi langkah itu, setuju atau tidak
setuju, berpotensi besar mengurangi kemacetan lalu lintas, terutama di
Jakarta. Sudah terlalu lama kita berdebat tentang upaya mengurangi kemacetan
Jakarta. Berbagai
langkah telah dilakukan, di antaranya menambah panjang dan lebar jalan. Akan
tetapi, upaya ini terlampau lamban untuk mengimbangi percepatan pertambahan
kendaraan, terutama mobil pribadi (Kompas, 5 Agustus 2005, hal. 33).
2.
Model Rekatan menggunakan partikel penghubung atau penegas, seperti: tetapi,
bahwa, oleh karena itu, yang, dan, selanjutnya, apabila, seperti, dengan, meski
demikian, tatkala.
Contoh: Data satelit GSM dan NOAA tanggal 8
Februari 2002 mengindikasikan pertumbuhan siklon di tenggara Irian Jaya. Namun
dari data pola angin yang ada, diketahui siklon ini tidak begitu berbahaya bagi
wilayah Indonesia.
Meski demikian,
satelit juga menangkap adanya liputan awan yang mulai bergerak ke arah timur
menuju tekanan rendah di sebelah tenggara Irian Jaya. Sebab itu, Sabtu
(9/2) ini, kondisi hujan yang
curahnya cukup besar masih terjadi di
Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tenggara, Maluku Selatan, dan Irian Jaya bagian selatan (Kompas, 9 Februari
2002, hal.1).
3.
Model Blok, yaitu menyebarkan pokok pikiran ke dalam alinea yang terpisah-pisah.
Contoh: Aduh seram! Katanya ada
aliran agama di Indonesia yang kerjanya tak lain menyuruh orang ambil jalan
sesat keliru menuntun orang ke neraka jahanam.
Ah lega!
Katanya ada pengawal agama yang tegas tuntas menjaga orang dari
kesesatan, kekeliruan, kesalahjalanan. Maka diobrak-abriklah si sesat itu, rumahnya,
pengikutnya, ajarannya, dan haknya untuk
berada. Yang murtad harus musnah. Yang
salah jalan harus dipaksa (…).
Alamak! Kok
amburadul? Katanya ini
negeri bhineka tunggal ika. Ada 70.000 pulau,
tetapi satu bangsa. Ada 700 bahasa dan dialek, tetapi satu bahasa
nasional. Katanya negeri ini
ada saling tenggang rasa harga menghargai
baku terima, sama seperti di negeri seberang ada toleransi yang bikin
hidup nyaman asri? (Kompas, 5 Agustus 2005, hal. 15).
4. Model Tematik, pokok pikiran yang terdapat
dalam tiap-tiap alinea menegaskan teras.
Contoh: Anggota Kongres AS dari
Partai Demokrat, Robert Waxler, mengemukakan, Pemerintah AS dan Presiden George
W. Bush secara sangat jelas mengatakan mendukung integritas Republik
Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Pemerintah AS tidak mendukung gerakan separatis apa
pun yang berupaya melepaskan diri dari Indonesia, termasuk Papua.
“Kebijakan Pemerintah AS jelas.
Pernyataan Presiden Bush juga sangat
jelas ketika bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Washington. Kami,
Amerika Serikat, mendukung integritas teritorial Indonesia…(…),”
ujar Waxler seusai bertemu Presiden Yudhoyono
di Kantor Presiden di Jakarta
(Kompas, 5 Agustus 2005, hal. 2).
5.
Model Kronologis, yaitu merinci dan mengembangkan alinea berdasarkan hukum
sebab-akibat atau peristiwa demi peristiwa.
Contoh:
Di tengah kebingungan dan ketidakpastian nasib Harcus, aku langsung diisolasi
oleh keluarga di dalam kamar. Sebab, kalau
mendengar informasi yang sepenggal-sepenggal, nanti malah membuatku
bingung. Sebelumnya Pak Masduki juga berpesan, menyangkut berita tentang
Harcus, aku jangan mendengarkan informasi lain selain dari AURI.
Waktu terus merambat, hatiku
semakin tidak karu-karuan. Sampai sore itu masih belum ada kepastian. Aku
hanya bisa menangis dan terus berdoa. Begitu tegangnya, tekanan darahku
merambat naik. Tetanggaku, kebetulan banyak yang berprofesi sebagai
dokter, terus mendampingiku. Mereka terus
berusaha menguatkan hatiku yang saat itu semakin tak menentu
(Nova, 7 Agustus 2005, hal.44).
c Model-Model Penulisan Penutup:
1. Model Simpulan, yaitu
merumuskan antiklimaks dari
keselu-ruhan persoalan yang telah
diuraikan dalam tubuh. Model
ini cocok untuk tulisan yang tubuhnya dikembangkan melalui mo-del kronologis.
Contoh: Berat memang ditinggal Harcus. Tapi, aku
berusaha tetap tabah. Aku terima ini sebagai garis hidup.
Aku yakin Allah punya rencana yang lebih baik di balik musibah
ini. Selamat jalan, Nak, semoga Tuhan
memberi tempat terbaik untukmu (Nova, 7
Agustus 2005, hal. 44).
2. Model Menggantung, yaitu sengaja
membuat pertanyaan atau pernyataan
yang tidak selesai,
menyentak, atau menyengat. Model
ini biasanya kita temukan dalam ending kisah horor atau spionase.
Contoh: Jadi, siapa sesungguhnya
yang bertanggung jawab terhadap ketertiban pedagang kaki lima?
3. Model Ringkasan, yaitu meringkas
intisari persoalan yang ke-semuanya bermuara ke teras.
Contoh: Bermimpi dan belajar meraih
mimpi di sekolah-sekolah itu saja tidak cukup untuk menggapai sukses
di dunia hiburan. Kiprah mereka setelah
lulus dan perilaku
produsen industri hiburan yang
tidak asal mencomot pemain dari “pinggiran” menjadi faktor lebih menentukan (Kompas, 14 Agustus 2005, hal. 1).
Untuk contoh lengkap penggunaan
struktur ketiga bagian isi artikel, perhatikan berita di bawah ini:
Jakarta akan punya gawe. Yakni, SEA Games XIX.
Tepatnya, pada Oktober 1997. Bayangkan, pada pesta sukan negara-ne-gara Asia
Tenggara itu para
duta olahraga akan saling adu prestasi. Saling cepat, saling unggul, dan
saling kuat.
Dalam kacamata politik, ajang pesta sukan semacam
SEA Games XIX ini boleh direferensikan pada semangat kesatuan dan persatuan
antarbangsa. Atau, lebih luas, penyelenggaraan pesta sukan antarnegara dapat
menjadi legitimasi hegemonial (atau
prestise) sebuah bangsa di mata bangsa lain.
Namun, dewasa ini, ketika semangat mondialisme
marak di mana-mana, masih layakkah kacamata politik
itu kita kenakan untuk melihat penyelenggaraan pesta
sukan semacam SEA Games XIX? Pasalnya, banyak persoalan internal sebuah ne-gara membuat masyarakat negara tersebut bersikap
cuek ter-hadap sebuah event
olahraga kaliber dunia. Apalagi, jika itu persoalan sosial-ekonomi…(…).
Jadi, andai tiba-tiba
menyadari bahwa penyelenggaraan pesta
sukan semacam SEA Games XIX lebih menarik ketimbang masalah
KKN, berarti kita sudah berbudaya
olahraga. Cuma, mampukah kita memeliharanya? (Berita Buana, 25 Juli 1997, hal.
4).
d. Memilih Referensi
yang Relevan:
Mengutip sumber
untuk artikel sebagai karya ilmiah populer tidak perlu sama dengan
ketika mengutip sumber untuk makalah, skripsi, tesis, atau disertasi sebagai
karya ilmiah. Cara pengutipan untuk artikel lebih sederhana dan praktis.
e. Beberapa Cara Menulis Kutipan untuk Artikel
1. Kutipan lengkap
Menurut AS Haris
Sumdiria dalam bukunya Menulis Artikel dan Tajuk Rencana, Bandung, Simbiosa Rekatama
Media (2004: 19-41), persiapan menulis artikel mencakup tujuh langkah
yang harus dilakukan secara berurutan.
2. Kutipan lengkap, tetapi tanpa menyebutkan halaman yg dikutip
Menurut AS Haris Sumadiria dalam buku Menulis Artikel
dan Tajuk Rencana, Bandung, Simbiosa Rekatama Media
(2004), persiapan menulis artikel mencakup tujuh langkah yang harus
dilakukan secara berurutan.
3. Kutipan hanya menyebutkan nama penulis dan judul buku serta tahun
terbit
Menurut AS Haris
Sumadiria dalam buku Menulis Artikel dan Tajuk Rencana (2004), persiapan
menulis artikel mencakup tujuh langkah yang
harus dilakukan secara berurutan.
4. Kutipan hanya menyebutkan
nama penulis, tetapi tidak mencantumkan judul buku, kota, dan nama
penerbit
Menurut AS Haris Sumadiria (2004:112), persiapan menulis
artikel mencakup tujuh langkah yang harus dilakukan secara berurutan.
5. Kutipan yang hanya menyebutkan
nama penulis, tetapi tidak mencantumkan judul buku
Menurut AS Haris Sumadiria (2004), persiapan menulis
artikel mencakup tujuh langkah yang harus dilakukan secara berurutan.
6. Kutipan yang hanya menyebutkan
nama belakang penulis, tahun terbit, dan nomor halaman sumber.
Menurut Sumadiria (2004: 112), persiapan menulis artikel
mencakup tujuh langkah yang harus dilakukan secara berurutan.
7. Kutipan yang hanya menyebutkan nama belakang penulis dan tahun
terbit sumber
Menurut Sumadiria (2004), persiapan menulis artikel
mencakup tujuh langkah yang harus dilakukan secara berurutan.
f. Syarat
Referensi yang Dikutip:
- Relevan, berarti sumber rujukan yang digunakan harus sesuai dengan topik atau pokok bahasan artikel yang akan ditulis.
- Aktual, berarti sumber rujukan yang dikutip itu haruslah yang terbaru atau terkini, misalnya tentang: teori, model, pendekatan, data yang disajikan.
- Representatif, berarti mewakili atau memadai.
Contoh:
Topik: Gejala makin
maraknya kasus korupsi yang dilakukan para anggota DPRD di daerah-daerah. Penulis hanya merujuk
pada satu sumber yang mengulas tentang
otonomi daerah. Berdasar-kan logika akal sehat mengatakan bahwa penyebab
korupsi tidak hanya otonomi daerah, tetapi masih ada beberapa faktor lainnya.
Beberapa faktor itu harus dicari dari sumber rujukan lain, bahkan mungkin
dengan pendekatan yang berbeda pula.
K.
Faktor Human Interest dalam Feature
Apakah yang disebut sebagai human interest?
Human interest bisa diartikan sebagai rasa kemanusiaan. Hingga feature yang
disebut sebagai tulisan yang menekankan segi human interest dimaksudkan sebagai
tulisan yang menekankan segi yang bisa menyentuh rasa kemanusiaan pembacanya.
Mengapa segi human interest paling
diutamakan dalam sebuah feature? Karena berita (news) sudah ditampilkan dengan
lugas dan dengan bahasa yang sangat formal. Dalam artikel, fakta dan data juga
harus dianalisis dengan serius dan diberi opini yang juga harus serius. Agar
pembaca media cetak tidak bosan, maka diperlukan sebuah bentuk tulisan yang
menekankan segi human interest. Itulah sebabnya segi ini paling diutamakan
dalam feature. Dalam perkembangan lebih lanjut, berita pun bisa dikembangkan
menjadi news feature, feature reporting, feature story dll. Bahkan dalam
perkembangan lebih lanjut, feature juga melahirkan bentuk tulisan yang lebih
baru (generasi baru) yang disebut sebagai How To Do It Article (HTDI). Cabang
jurnalisme yang pertamakali memperkenalkan bentuk tulisan ini adalah jurnalisme
kedokteran/kesehatan pada abad XVI dan XVII.
Apakah segi human interest tersebut sudah
melekat pada meteri tulisan, atau merupakan kreasi penulisnya? Segi human
interest dalam sebuah feature, harus benar-benar faktual (berupa fakta nyata)
yang melekat pada materi (bahan) tulisan. Keterampilan penulis hanya dituntut
untuk menyeleksi dan mengolah bahan-bahan tersebut, hingga ketika telah menjadi
tulisan dan disampaikan ke pembaca, akan bisa menyentuh perasaan. Kalau segi
human interest tersebut merupakan hasil imajinasi atau keterampilan berpikir si
penulis, maka tulisan tersebut merupakan fiksi, bukan feature.
Apa sajakah yang bisa dikatagorikan sebagai
human interest? Yang bisa dikatagorikan sebagai human interest antara lain:
masalah percintaan; perjalanan/perjuangan hidup manusia, hewan, tumbuhan maupun
alam (gunung api, bintang); kelahiran/kematian; penderitaan (misalnya derita
TKI yang disiksa majikan di LN); ketabahan/ketegaran dalam menghadapi
cobaan/godaan dll.
Apakah feature dengan tema penderitaan bisa
digunakan untuk menjelek-jelekkan pihak yang mengakibatkan penderitaan
tersebut? Bisa, namun feature tersebut akan menjadi feature propaganda. Nilai
sebuah feature propaganda, akan lebih rendah dibanding dengan feature yang
benar-benar hanya menceritakan penderitaan seseorang atau sekelompok orang. Sebab yang harus geregetan, marah
dsb. adalah pembaca media massa, setelah membaca feature tersebut. Bukan
penulisnya.
L. Kekuatan Individu dalam Esai
Apakah
kekuatan individu penulis hanya dipentingkan dalam penulisan esai? Kekuatan
karakter individu penulis, diperlukan dalam semua bentuk tulisan, mulai dari
news, reportase, artikel dan feature. Namun bentuk-bentuk tulisan tersebut
memiliki teknik dan sistematika yang jelas. Karenanya,
penulis yang tidak terlalu kuat pun, tetap bisa menghasilkan news, reportase,
artikel dan feature yang baik. Dalam esai, kekuatan individu lebih diperlukan
karena tidak bakunya teknik dan sistematika.
Apakah yang disebut kekuatan individu dalam
penulisan esai? Yang dimaksud sebagai kekuatan individu, terutama adalah faktor
tingkat kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual yang di atas rata-rata.
Namun kekhasan dari masing-masing individu akan sangat menentukan kualitas esai
yang dihasilkan. Karakter khas yang kuat ini diperoleh bukan karena faktor
teknik melainkan karena muncul dari dalam diri si penulis.
Dari manakah
penulis esai memperoleh kekuatan karakter individunya? Kekuatan karekter
individu, bukan diperoleh dari pendidikan formal, melainkan dari kekayaan
pengalaman hidup, bacaan yang luas dan lingkungan pergaulan yang beragam.
Meskipun faktor genetik, juga ikut pula mempengaruhi kekuatan karekter individu
seseorang. Namun tanpa kekayaan pengalaman, luasnya bacaan dan variasi pergaulan,
karakter dasar serta pendidikan formal belum merupakan jaminan kekuatan
individu seseorang.
Apakah skil
(keterampilan) juga diperlukan dalam penulisan esai? Skil tetap diperlukan
dalam penulsan esai, namun hal tersebut bukan merupakan faktor utama. Sebab apabila
skil yang diutamakan, maka esai yang dihasilkan justru akan merosot
kualitasnya. Sebab esai justru diharapkan tidak dihasilkan sebanyak artikel,
feature dan lebih-lebih news.
Apakah esai memiliki bobot lebih tinggi
dibanding artikel dan feature? Esai tidak bisa dibandingkan dengan artikel dan
feature, sebab masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Artikel lebih
berfungsi untuk mengajak pembaca memahami suatu pokok persoalan. Feature
digunakan untuk menggugah rasa human interest pembaca. Sementara esai
bermanfaat untuk melakukan refleksi dan perenungan. Meskipun fungsi tiga bentuk
tulisan ini berbeda, honorarium yang akan diterima oleh penulisnya sama.
Referensi
Ermanto, 2005, Wawasan
Jurnalistik Praktis, Yogyakarta: Cinta Pena.
F. Rahardi, 2005, Panduan
Lengkap Menulis Artikel, Feature, dan Esai untuk Pemula, Handout tidak diterbitkan.
Made Pramono, 2011, E-learning jurnalistik olahraga: http://ilmu.unesa.ac.id
Pape, Susan &
Featherstone, Sue, 2005, Newspaper
Journalism: A Practical Introduction, London: SAGE Publications Ltd.
Steen, Rob, 2008, Sports Journalism: A Multimedia
Primer, New York: Routledge.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar