16 Mei 2011

1 PENGERTIAN PSIKOLOGI (UMUM)

BAB I
PENGERTIAN DAN SEJARAH PSIKOLOGI (UMUM)
A. Psikologi, Jiwa, dan Perilaku
Kata Psikologi berasal dari bahasa Inggris Psychology, yang berakar dari paduan bahasa Yunani “Psyche” (= jiwa, meniup) dan “logos” (=nalar, ilmu). Dalam mitologi Yunani Kuno, Psyche adalah seorang gadis cantik bersayap seperti kupu-kupu. Jiwa dilambangkan dengan gadis jelita, sedangkan kupu-kupu melambangkan keabadian. Apabila diartikan secara harfiah dari etimologi ini maka Psikologi berarti Ilmu Jiwa.
Kaitan psikologi dengan jiwa memang suatu keniscayaan, seperti yang dikatakan Badri berikut ini: “a psychology without soul studying a man without soul”. Namun tepatkah Psikologi ditafsirkan sebagai ilmu yang membahas tentang jiwa? Secara keilmuan, jiwa dipahami sebagai sesuatu yang terlalu abstrak dan tak mungkin utuh diteliti. Ilmu pengetahuan menghendaki objeknya bisa diamati, dicatat, dan diukur. Maka dengan dipelopori J.B. Watson (1878 -1958) para ahli memandang psikologi sebagai “ilmu yang mempelajari perilaku”. Perilaku dianggap lebih mudah diamati, dicatat, dan diukur (I:3). Oleh karenanya yang dipelajari dalam psikologi bukan jiwa itu sendiri, tetapi lebih pada gejolak kejiwaan, terutama kondisi-kondisi, proses-proses, dan fungsi-fungsi kejiwaan.yang menampakkan diri pada perilaku sebagai suatu konkretisasi gejala jiwa yang abstrak. Ini selaras dengan penjelasan Waty Soemanto (1988) bahwa jiwa merupakan kekuatan dalam diri yang menjadi penggerak bagi jasad dan tingkah laku manusia. Demikian dekatnya fungsi jiwa dengan tingkah laku maka berfungsinya jiwa dapat diamati pada tingkah laku yang tampak (Wasty membedakannya dengan arwah, sukma, nyawa, dan akal). Sedangkan tingkah laku dimaknai bukan hanya sebagai perbuatan-perbuatan yang dihayati, tetapi juga sebagai reaksi-reaksi individu yang simbolik dan tersembunyi sebagai akibat dari motivasi diri ataupun akibat stimulasi dari lingkungan. Psikologi modern kemudian menyatakan diri sebagai sains yang mempelajari perilaku manusia, dengan asumsi bahwa perilaku merupakan ungkapan dan cerminan dari kondisi-kondisi, proses-proses, dan fungsi-fungsi kejiwaan. Meskipun demikian, arti perilaku ini diperluas tidak hanya mencakup perilaku kasat mata seperti makan, minum, menangis, membunuh dan lain-lain, tetapi juga mencakup perilaku tidak kasat mata seperti fantasi, imajinasi, motivasi, atau proses saat tidur (I: 4).
Di dalam tradisi-tradisi ketimuran seperti di Indonesia, “jiwa” sering dihubungkan dengan masalah mistik, kebatinan, dan kerohanian. Dengan demikian lebih tepat bila menggunakan istilah Psikologi dari pada Ilmu Jiwa untuk menunjuk pada disiplin ilmu ini, seperti yang dikatakan Gerungan (1966) bahwa istilah ilmu jiwa menunjukkan ilmu jiwa pada umumnya, sedangkan psikologi menunjuk ilmu jiwa yang ilmiah, yang scientific, menurut koridor ilmiah modern. Psikologi mempelajari perilaku organisme, yaitu entitas biososial – karena tiap organisme mempunyai kesatuan sistem biologis dan sosial sekaligus dari binatang bersel satu sampai dengan manusia. Organisme inilah subjek perilaku; dan perilakunya menjadi objek psikologi.
Psikologi berasal dari dua kata (bahasa Yunani): psyche yang berarti jiwa (soul)dan logos yang berarti ilmu.Akar dari psikologi adalahfilsafat dan fisiologi.Filsafat (philosophy)berasal dari kata philos yang berarti cinta (love) dan Sophia yang berarti kebijakanaan (wisdom). Jadi filsafat adalah ilmu yang mencintai kebijaksanaan. Sedangkan physiology adlah cabang dari biologi yang berkaitan dengan kajian ilmih tntang bagaimana fungsi-fungsi mahkluk hidup.
Psikologi mempelajari:
  1. Prilaku abnormal
  2. Cara-cara menjadi pemenang
  3. Bagaimana mempengaruhi orang lain
  4. Bagaimana mengamati warna
  5. Bagaimana lapar dipengaruhi otak
  6. Bagaimana sipanse dapat menggunakan bahasa untuk berkomunikasi
B. Objek
Salah satu syarat mutlak untuk dapat dikategorikan sebagai ilmu, maka psikologi harus jelas objek kajiannya. Perkembangan terkini disiplin ilmu psikologi tidak hanya membatasi pada manusia, tetapi juga “jiwa” hewan. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa objek material (apa yang dikaji) psikologi adalah organisme (manusia dan hewan). Sedangkan objek formalnya (cara meninjau) adalah gejala kejiwaan atau perilaku organisme. Perilaku yang tampak hanya sebagian dari gejala kejiwaan. Oleh karena itu pengertian perilaku dalam psikologi mencakup pula efek, akibat, bekas, atau perpanjangan ekspresi nyata seperti cara-cara berbicara, berpikir, mengendalikan perasaan, mengerjakan sesuatu, sikap, sifat, dan kebiasaan sehari-hari lain. Bahkan efek tersebut membekas pula di alam tak sadar. Dalam hal ini perilaku atau tingkah laku diartikan sebagai perilaku organisme sebagai individu, baik yang dapat diamati secara langsung, seperti tindakan dan perbuatan. Maupun yang tak langsung seperti proses berpikir, emosi, kemauan, dan dinamika kehidupan dunia-dalam seseorang.
Sebagai objek studi empiris, perilaku mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Perilaku itu sendiri kasat mata, tetapi penyebabnya mungkin tak dapat diamati langsung.
2. Perilaku terdiri beberapa tingkatan: perilaku sederhana dan stereotip seperti perilaku binatang satu sel, ada juga perilaku yang kompleks seperti pada manusia. Ada perilaui yang sederhana seperti refleks, ada juga yang melibatkan proses-proses mental-fisiologis yang lebih tinggi.
3. Klasifikasi perilaku yang umumnya dikenal adalah kognitif (cipta, rasio, nalar) = akal , afektif (rasa, emosi) = kalbu, konatif (karsa, kehendak, hasrat) = nafsu, dan psikomotorik (daya penggerak fisik)..
4. Perilaku bisa disadari maupun tidak disadari. Kadang-kadang kita bertanya mengapa kita berperilku seperti itu (I: 4-5).
Objek kajian sekaligus merupakan kunci awal pembuka perbedaan berbagai macam ilmu. Perilaku sebagai objek psikiologi juga dipelajari oleh antropologi, kedokteran, sosiologi dan beberapa cabang linguistik. Mereka dikelompokkan sebagai ilmu-ilmu perilaku (behavioral sciences). Psikologi berbeda dengan ilmu-ilmu perilaku lainnya, oleh karena lebih mengarah pada perilaku individu, bukan kelompok (I: 12).
C. Terminologi
Sebagai sebuah ilmu yang mewakili kompleksitas persoalan dalam kehidupan kemanusiaan kontemporer, psikologi tidak pernah memperoleh batasan yang tunggal. Meskipun secara umum terdapat persamaan pokok-pokok pengertian di antara berbagai macam definisi terminologis tentang psikologi, namun memang lebih baik bila psikologi tidak dibatasi pada satu pemahaman tunggal. Berikut beberapa batasan tentang psikologi:
1. William Wundt: Psikologi adalah ilmu tentang kesadaran manusia (the science of human consciousness).
2. Mc. Mahon, Morgan, dkk.: Psychology is defined as the scientific study of human and animal behavior. (Bisa meliputi proses berpikir, perkembangan anak, maupun kemampuan problem solving simpanse.
3. Woodworth dan Marquis: Psikologi adalah the science of the activities of the individual. (Aktivitas dalam arti motorik, kognitif, dan emosional).
4. Branca: Psikologi adalah ilmu tentang tingkah laku. (Tingkah laku sebagai manifestasi hidup kejiwaan).
5. Psikologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang perilaku dan psikologis serta proses-proses kognitif yang mendasarinya, merupakan profesi yang menerapkan pengetahuan tentang ilmu tersebut pada masalah-masalah praktis.
D. Tugas dan Fungsi Psikologi
Sains memiliki tiga fungsi utama, termasuk psikologi:
1. Fungsi pemahaman (understanding)
Dapat memberi penjelasan yang benar, masuk akal, dan ilmiah tentang reaksi dan eksistensi objek yang dikaji (manusia, binatang, dsb).
2. Fungsi Pengendalian (control)
Memberi arah tepat guna dan berhasil guna untuk berbagai kegiatan manusia, serta memanfaatkan temuan ilmiah secara benar untuk kesejahteraan manusia dan pengembangan ilmu dan teknologi. Juga mencegah penyalahgunaan asas dan temuan sains serta salah penerapan teknologi serta turut menanggulangi kerugian yang timbul.
3. Fungsi peramalan (prediction)
Memberi gambaran tentang kondisi kehidupan di masa depan serta memperkirakan hal-hal di masa dating melalui metodologi dan prosedur ilmiah terhadap data akurat sekarang.
Ilmu Psikologi diharapkan dapat menerangkan berbagai gejala perilaku manusia dan corak relasi serta kehidupan, di samping mampu memanfaatkan hasil-hasil temuan psikologis untuk menentukan kesehatan mental dan kesejahteraan manusia serta mencegah malpraktek dan mengatasi efek-efek negative lain. Juga mampu membuat perkiraan tentang pola perilaku manusia dalam berbagai situasi dan bagaimana akibatnya pada kehidupan pribadi dan nasional di masa mendatang.
E. Syarat Kewenangan Ilmiah (Scientific Authority)
1. Memiliki objek
2. Hasil penyelidikannya disusun secara sistematis sehingga menjadi struktur ilmiah yang utuh dengan bagian-bagiannya yang saling berkaitan. Hasil penemuannya dicatat dengan teliti dan jelas berupa dalil maupun teori sehingga dapat digunakan sebagai pedoman dan bukan jawaban yang tepat terhadap permasalahan psikologis dalam kehidupan sehari-hari.
3. Memiliki metode ilmiah untuk mengadakan penyelidikan, penelitian, dan pengujian/pemjbuktian yang khas bercorak psikologis.
4. Memiliki riwayat/sejarah ilmiah tertentu.
F. Metode
Dalam memahami sesuatu, terdapat berbagai macam metode: metode ilmiah, metode otoritas, metode keyakinan (tenacity), dan metode intuisi. Objek studi psikologi dipelajari secara sistematik menggunakan metode-metode ilmiah yang menjamin objektivitas pengambilan kesimpulannya. Artinya, metode yang digunakan mampu mengamati, mencatat, mengukur perilaku seperti adanya. Metode ilmiah dalam psikologi dibedakan dalam dua bagian besar:
1. Metode Longitudinal
Metode ini membutuhkan waktu yang relatif lama untuk mencapai suatu hasil penyelidikan. Perjalanan penyelidikan itu sendiri biasanya secara vertikal, misalnya tentang perkembangan anak. Hasil pengamatan dicatat hari demi hari sampai pada tahun demi tahun. Hasil tersebut dikumpulkan dan diolah kemudian disimpulkan.
2. Metode Cross-Sectional
Relatif tidak membutuhkan waktu yang lama, dan biasanya bahannya banyak. Jalan penyelidikannya adalah horizontal, misalnya kuesioner. Cepat tapi kurang mendalam.
Tujuan metode ilmiah dalam hal ini adalah mengukuhkan objektivitas dalam memahami sesuatu. Secara khusus, ada beberapa metode yang dipakai dalam psikologi. Berikut metode-metode tersebut.
1. Metode observasi wajar.
Tujuannya mempelajari dan memerikan perilakiu dalam situasi dan kondisi yanng sebwenarnya tanpa mengganggu terjadinya perilaku tersebut. Bila kehadiran dan tujuan pengamatan diketahui subjek penelitian, maka disebut observasi terang-terangan (overti observation), sedangkan kebalikannya disebut observasi terselubung (covert observation). Pengamat sendiri bisa diluar medan pengamatan maupun berperan serta aktif (participant observation), tatapi tanpa memasukkan perasaan, prasangbka, dan anggapan-anggapan pribadinya.
2. Metode Survei
Subjek penelitian diamati secara sistematik dan sekaligus ditanya baik menggunakan kuesioner maupun pertanyaan-pertanyaan langsung yang bebas dan sudah direncanakan peneliti. Karena harus bertanya pada subjek penelitian, maka respondennyapun (yang menjawab pertanyaan) relatif sedikit.
3. Metode Klinis
Biasanya bagi yang abnormal, dengan pemeriksaan psikolog di klinik. Mencakup wawancara mendalam, penggunaan alat-alat tes diagnosa psikologis, dan studi kasus. Tujuannya untuk mengetahui sebab-sebab timbulnya gangguan perilaku dan kecenderungan-kecenderungan umum lainnya. Ini merupakan satu-satunya metode yang idiografik (memerikan perilaku individu sebagai peribadi yang unik), berbeda dengan metode lainnya yang nomothetik (menyimpulkan berdasarkan perilaku sekelompok orang).
4. Metode Eksperimen
Peneliti (eksperimenter) memanipulasi atau mengatur beberapa kondisi dalam lingkungan individu. Tujuan pengamatan ini adalah untuk melihat hubungan yang jelas antara variabel-variabel yang diteliti, misalnya hubungan produktivitas dengan iming-iming hadiah, fasilitas kerja, dan perbedaan IQ.
5. Metode introspeksi
Dengan melihat peristiwa kejiwaan dalam dirinya sendiri (baik eksperimen maupun non-eksperimen), tetapi dengan norma-norma ilmiah. Metode ini juga bisa disebut retrospeksi karena melihat juga masa lalu, bukan hanya masa sekarang.
6. Metode Ekstropeksi
Melihat keluar, jadi subjek bagi orang lain, objektif, tetapi sebenarnya juga bercermin diri.
7. Metode Kuesioner/Angket
Menggunakan daftar pertanyaan yang harus dijawab subjek. Terdiri dari dua bagian besar: langsung dan tak langsung, identitas dan pertanyaan-pertanyaan.
8. Metode Interview
Menggunakan pertanyaan lisan secara langsung.
9. Metode Biografi
Menggunakan tulisan tentang riwayat kehidupan seseorang
10. Metode Analisis Karya
Menganalisis karya-karya seseorang (misalnya buku, bahkan buku harian).
11. Metode Testing
Menggunakan soal, pertanyaan/tugas-tugas lain yang standar. Macam-macam tes: individu, kelompok, dengan pengamatan, perhatian, intelegensi, bahasa, dan peraga.
12. Metode Statistik
Menggunakan statistik untuk materi/data yang terkumpul.
G. Sejarah Singkat Perkembangan Psikologi
Akar dari psikologi adalah filsafat dan fisiologi. Filsafat (philosophy) berasal dari kata philos yang berarti cinta (love) dan Sophia yang berarti kebijakanaan (wisdom). Jadi filsafat adalah ilmu yang mencintai kebijaksanaan. Sedangkan physiology adalah cabang dari biologi yang berkaitan dengan kajian ilmiah tentang bagaimana fungsi-fungsi mahkluk hidup.
Filsafat memberikan sikap dan fisiologi memberikan metode. Sebelum psikologi lahir menjadi disiplin ilmu di abad ke-19, dua hal yang dibutuhkan yaitu sikap (attitude) dan metode. Orang telah mengambil sikap bahwa misteri jiwa harus dikaji secara objektif seperti halnya bagian lain dari dunia alamiah. Yang menemukan cara untuk mengobservasi, mengukur dan menyelidiki pristiwa yang bersifat fisik adalah fisika dan kimia, sehingga memungkinkan orang untuk menemukan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan psikologis.
1. Yunani Kuno (Akhir Abad 5 SM – Abad 4 SM)
“Psikologi” amat ditandai dengan spekulasi, argumentasi logika belaka. Psikologi masih merupakan bagian dari filsafat dalam arti seumum-umumnya. Tokoh-tokohnya: Socrates, Hipocrates, Plato. Demikian kata Plato: “Man are made up of desire, emotion, and knowledge. Desire – sexuality – comes from the loins, emotions comes from the heart in the force and flow of blood, and knowledge comes from the head. Difference in personality stem from differences in the propositions of these three elements”. Bisa dicatat juga Aristoteles yang membagi jiwa dalam tiga macam: anima vegetative (tumbuhan), anima sensitive (hewan), dan anima intelektiva (manusia).
2. Abad Kegelapan (The Dark Ages, 400 SM – 900 M)
Hampir tidak ada peluang untuk mempelajari atau mengekspresikan ilmu (Barat), namun di dunia Islam, ini masa-masa keemasannya dengan ushuluddin, tasawuf, dan ilmu-ilmu alam. Permasalahan kejiwaan juga didominasi teks-teks penafsiran ilmu atau filsafat yang bercorak keislaman.
3. Abad Pertengahan (The Middle Ages, 900-1400 M)
Yang paling menentukan alam pikiran waktu itu adalah kerajaan dan gereja, sedangkan peran ilmu demikian terpinggirkan. Dominasi penafsiran kejiwaan dengan demikian juga terkungkung oleh monopoli penafsiran Gereja.
Augustinus dengan metode filosofi religius mengemukakan cara bekerjanya jiwa manusia melalui tiga aktivitas: mengetahui, merasa, dan menghendaki.
a) Untuk mengetahui sesuatu, jiwa menempuh empat cara kerja: mengamati, mengingat, berpikir, dan kombinasi ketiganya.
b) Untuk merasakan sesuatu, jiwa menempuh empat cara kerja: mengingini, menikmati, takut, dan susah.
c) Untuk menghendaki sesuatu, jiwa menempuh cara-cara: memilih di antara keinginan-keinginan, dan mengendalikannya.
5. Abad 17 – 19
Menurut John Locke, akal merupakan gudang dan pengembang pengetahuan yang berfungsi mengarahkan kekuatan-kekuatan berpikir dan berkehendak. Kekuatan berpikir disebut pengertian; kekuatan berkehendak disebut kemauan. Pengertian melibatkan aktivitas mental yang meliputi lima kekuatan: mengamati (mengindera, menalar, mengenal, meyakini), membedakan sesuatu (membandingkan), mengingat, mengabstraksi, dan menggunakan tanda-tanda atau symbol. Kemauan tidak sama dengan keinginan, lebih merupakan dorongan untuk mewujudkan ide, kemauan; jadi merupakan kekuatan untuk memilih. Tindakan memilih oleh Locke disebut volition. Agar dapat melakukan tindakan pemilihan (volition) perlu menggunakan kekuatan jiwa Liberty yang memusnahkan keraguan menurut kepentingan akal.
6. Renaissance (= rebirth)
Masa ini ditandai sebagai masa kembalinya pemikiran Yunani Kuno sebagai reaksi atas “gelapnya” kebodohan Middle Ages. Anggapan-anggapan “ilmiah” abad-abad Pertengahan misalnya bahwa “Bumi dianggap sebagai pusat alam semesta di mana matahari mengelilingi bumi” yang dilindungi kekokohan benteng agama (Kristen) ternyata di jaman Renaissance mulai secara rasional ditinggalkan dan diganti dengan tesis baru yang lebih akrab dengan penyelidikan ilmiah dari pada dengan dogma-dogma buta agama. Penggunaan logika sebagai panglima utama dunia ilmiah juga merasuki bidang ilmu psikologi. Rene Descartes (1596-1650) – teori tentang kesadaran, Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) – teori tentang kesejajaran psiko-fisik, John Locke (1623-1704) – teori tabula rasa; mereka adalah tokoh-tokoh psikolog-filsuf yang menonjolkan penggunaan spekulasi dan argumentasi logika termasuk pada penerapan ilmu faal yang menyelidiki gejala kejiwaan melalui eksperimen teruitama tentang syaraf sensoris dan motoris.
7. Enlightnment
Abad Pencerahan ini ditandai dengan munculnya teori evolusi. Penemuan-penemuan medis/faal akhir renaissance menandai tonggak sejarah baru untuk psikologi, karena psikologi memperoleh basis pemahaman yang lebih kuat dengan fungsi-fungsi fisiologis manausia yang relevan dengan perilaku psikologis manusia. Di pertengahan abad 19, Charles Darwin dengan teori evolusi-nya menandai terbukanya peluang yang signifikan untuk psikologi karena teori eviolusi memicu lebih jauh kebebasan untuk mengeksplorasi manusia sebagai “animal/binatang”. Teori evolusi ni menegaskan bahwa belajar tentang organisme sederhana merupakan sebuah metode untuk memahami bagaimana fisiologi dan keseluruhan aspek hidup manusia bekerja dan berfungsi.
8. Abad 19 – Sekarang (Masa Psikologi Mandiri)
Filsafat sebagai mother of science mulai terpisah dari ilmu-ilmu lain. Oleh karena itu, bila di jaman-jaman sebelumnya psikologi banyak terpengaruh pemikiran spekulatif a la filsafat, maka di masa psikologi mandiri ini gejala kejiwaan dipelajari secdara lebih sistematik dan objektif. Wilhelm Wundt, seorang dokter dan ahli hokum, pada tahun 1879 mendirikan laboratorium psikologi yang pertama untuk menyelidiki gejala-gejala kejiwaan secara eksperimental. Ini menjadikan psikologi lebih diakui eksistensinya di dunia ilmiah. Wundt kemudian disebut sebagai bapak psikologi (father of psychology). Hal ini sekaligus mempertegas psikologi yang tadinya filosofis menjadi psikologi empiris. Perkembangan ilmu fisika dan kimia mempengaruhi munculnya ilmu biologi. Salah satu kajian dalam ilmu biologi adalah ilmu perilaku, di mana terdapat tiga kajian utama: antro, sosio, dan psikologi (Marx, 1976). Pada ini juga terjadi perkembangan pesat psikologi dengan metode dan teknik khusus seperti strukturalisme, asosiasiisme, psikoanalisis, fungsionalisme, teori gestalt, behaviorisme, psikologi humanistic, dan psikologi transpersonal.
Johan Friedrick Herbart terkenal dengan teorinya tentang psikologi tanggapan. Menurutnya, tanggapan merupakan unsure yang menjadi kekuatan dasar kehidupan jiwa. Thorndike, Pavlov, dan Watson mengembangkan aliran behaviorisme. Objek psikologi bukan jiwa lagi, tetapi perilaku. Menurut kalangan behavioris, semua perilaku manusia dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforceman) dari lingkungannya. Kohler (1887-1959) terkenal dengan istilah “insight” dari penelitiannya tentang simpanse yang pada gilirannya menumbuhkan aliran Gestalt (dengan tokoh-tokohny: Lewin, Piaget, dan Bruner) yang mempermasalahkan konfigurasi, struktur, dan pemetaan pengalaman yang terbentuk dalam suatu keseluruhan. Keseluruhan selalu lebih besar dari jumlah bagian-bagiannya. Kurt Lewin dengan Cognitive Field Theory mengatakan bahwa tingkah laku merupakan hasil interaksi antar kekuatan dalam medan jiwa baik dari dalam dan dari luar individu. Medan kekuatan psikis ini disebut life space. Piaget dengan Teori Cognitive Developmental mengulas perkembangan intelegensi dan proses berpikir dalam berinteraksi dengan lingkungan. Bruner dengan Teori Discovey Learning menyatakan bahwa perilaku belajar manusia dicapai melalui proses penemuan-penemuan atas dasar problem solving. Akhir tahun 1940-an muncul Psikologi Humanistik, di mana perilaku dipengaruhi maksud-maksud pribadinya. Tokoh-tokohnya adalah Combs (persepsi diri dan persepsi dunia), Maslow (motivasi dalam rangka kebutuhan), dan Rogers (percaya diri). Notonagoro mengajukan tesisnya tentang manusia sebagai makhluk multidimensi (monodualitas manusia) yang dipetakan dalam tiga kodrat kemanusiaan:
a) Hakikat Kodrat; manusia terdiri dari jiwa (meliputi akal, rasa, kehendak) dan tubuh (unsure binatang, tumbuhan, dan manusia).
b) Sifat Kodrat; manusia sekaligus sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
c) Kedudukan Kodrat; manusia sebagai makhluk individu sekaligus sebagai makhluk Tuhan.
Emil Dubois Raymond menyebutkan tujuh teka-teki yang tak terjawab ilmu:
a) asal mula benda dan kekuatan
b) asal mula gerak
c) ciptaan hidup
d) kejituan alam
e) terciptanya perasaan
f) asal bahasa
g) kemerdekaan manusia.
K. Macam-Macam Pendekatan terhadap Psikologi
1. Pendekatan neurobiologis
Memandang bahwa tingkah laku disebabkan oleh gabungan sel-sel syaraf (“neuro”) dan perubahan-perubahan kimiawi otot-otot dan perubahan fisik manusia (“biologis”).
2. Pendekatan Perilaku (Behavioris)
Menekankan nilai penting kejadian-kejadian eksternal yang menyebabkan tingkah laku lebih dari pada sekedar melihat motivasi dalam yang rumit dan sebab-sebabnya. Organisme merupakan produk akhir dari apap[un yang telah terjadi terhadap dirinya dalam suatu lingkungan. We are what we learn to be, change the environment and you also change the end product.
3. Pendekatan Fenomenologi
Menekankan segi-segi internal manusia (kebutuhan, kepentingan, dsb) yang secara tetap berubah, tetapi sangat individual (khas, unik). Tiap insan begitu unik.
4. Pendekatan Humanistik
Mengambil posisi bahwa kita selalu bergerak ke arah yang lebih baik tetapi seringkali dihalangi oleh lingkungan yang tidak baik.
5. Pendekatan Psikoanalitik
Suatu system kepercayaan yang menekankan diri-dalam sendiri yang digerakkan oleh kebutuhan dasar akan sex dan mortalitas (agresi), yang beroperasi pada level ketidaksadaran.
6. Pendekatan Kognitif
Menekankan bahwa perilaku itu dikendalikan oleh proses berpikir, alasan-alasan, dan problem solving. Ini merupakan blend of humanism and behaviorism: “the most important human ability is our capacity to take information from ther environment, analysis it in a systematic way and come up with a solution its problem…”
L. Lima Ketertarikan dalam Psikologi
1) Memahami otak – fungsi-fungsinya dan cara kerjanya dalam meditasi, dzikir, dsb.
2) Menggunakan komputer – artificial intelligence (bagaimana kerja “otak”nya mesin)
3) Memahami proses-proses sosial – kita tidak memperlakukan dunia keluar lepas dari sesuatu yang nyata secara objektif, sebenarnya kita berpikir kita melakukannya.
4) Mencegah gangguan mental
5) Pengobatan perilaku – terapi psikologi.
M. Aliran Besar Psikologi
Sampai dengan abad XX, terdapat empat aliran besar psikologi yang menjelaskan bagaimana teori dan filsafat tentang manusia:
1) Psikoanalisis
2) Psikologi Perilaku
3) Psikologi Humanistik
4) Psikologi Transpersonal.
N. Ruang Lingkup Psikologi
1. Dari Segi Objek
a) Psikologi yang mempelajari manusia
b) Psikologi yang mempelajari binatang
2. Dari Segi Sifat Aktivitas/Perilaku Manusia
a) Psikologi Umum
Psikologi yang menyelidiki dan mempelajari kegiatan-kegiatan/aktivitas-aktivitas psikis manusia yang tercermin dalam perilaku pada umumnya, yang dewasa, normal, dan beradab. Di sini manusia seolah-olah saling terlepas dari manusia lainnya.
b) Psikologi Khusus
Psikologi yang menyelidiki segi-segi khusus dari aktivitas psikis manusia. Hal-hal yang menyimpang dari hal-hal umum dibicarakan di sini.
c) Psikologi Perkembangan (perkembangan sejak bayi sampai usia lanjut)
d) Psikologi Sosial (aktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosial)
e) Psikologi Pendidikan
f) Psikologi Kepribadian
g) Psikologi Kriminal
h) Psikopatologi
i) Psikologi Perusahaan
j) …dan sebagainya
3. Dari Segi Teori-Praktis
a) Psikologi Teoritis – dari ilmu itu sendiri
b) Psikologi Praktis – misalnya psikologi industri, psikologi klinik, dsb.
O. Cabang-Cabang Psikologi
Telah diakui bahwa psikologi berinduk pada filsafat, khususnya filsafat mental. Namun dalam perkembangan selanjutnya ilmu-ilmu Beta seperti Fisika, Kimia, dan Biologi memberi andil besar dalam aspek metodologi maupun topik kajiannya. Berikut ini sekedar gambaran umum dari pengeruh ilmu-ilmu lain serta cabang-caang psikologi yang lahir dari singgungan tersebut.
Ilmu- Ilmu Lain Psikologi
Fisika Psikofisika
Kimia Neurokemis Perilaku
Biologi Psikofisiologi
Matematika Psikologi Kuantitatif
Kedokteran Psikologi Klinis/Psikoterapi
Sosiologi Psikologi Sosial
Antropologi Psikologi Lintas Budaya
Pedagogi Psikologi Pendidikan/Instruksional
Gambar 1. Pengaruh ilmu-ilmu lain terhadap psikologi dan
cabang-cabang psikologi yang ditimbulkannya.
Tabel 1. Wilayah Penelitian dalam Psikologi
Wilayah Penelitian
Fokus
Psikologi eksperimen
Pada intinya mencakup tema-tema seperti sensasi, persepsi, belajar, pengkondisian, motivasi dan emosi,
Psikologi fisiologi
Mempelajari pengaruh faktor genetik pada perilaku dan peran otak, sistem saraf, sistem endokrin, dan kimia tubuh pada perilaku
Psikologi kognitif
Memusatkan perhatian pada proses mental yang lebih tinggi seperti memori, penalaran, proses informasi, bahasa, pemecahan masalah, pembuatan keputusan, dan kreativitas.
Psikologi pekembangan
Mengamati perkembangan manusia sepanjang rentang kehidupan. Psikologi perkembangan terutama terfokus pada perkembangan anak, dan akhir-akhir ini juga banyak melakukan penelitian tentang remaja, orang dewasa, dan usia senja.
Psikometri
Berkaitan dengan pengukuran perilaku, bisannya melalui [erkembangan tes-tes psikolog. Psikometri berkaitan dengan rancangan tes-tes penaksiran kepribadian, inteligensi, dan kemampuan-kemampuan lain. Juga berkaitan dengan pengembangan teknik-teknik baru untuk analisis stastistik.
Kepribadian
Lebih pada penggambaran dan pemahaman konsistensi individu dalam perilaku yang menggambarkan kepribadian seseorang. Berkaitan dengan faktor-faktor yang membentuk
Psikologi sosial
Memfokuskan pada perilaku impresional dan peran tekanan sosial dalam perkembangan perilaku.Tema-tema intinya adalah pembentukan sikap, perubahan sikap, prasangka, ketertarikan, agresi, hubungan intim, dan perilaku-perilaku dalam kelompok.
Menurut Hanna Djumhana Bastaman (1992), terdapat empat dimensi terpadu dalam manusia:
1. Dimensi Ragawi (fisik-biologis)
2. Dimensi Lingkungan (sosio-kultural)
3. Dimensi Kejiwaan (psikis)
4. Dimensi Rohani (spiritual)
Jadi ruang lingkup psikologi terpetakan dalam: psikologi-biologis, psikologi-eksistensial, psikologi sosial, dan psikologi spiritual.
Tabel 2. Spesialisasi dalam Psikologi
Spesialisasi
Fokus
Psikologis klinis
Berkaitan dengan evaluasi, diagnosis, dan treatment individual mengenai ganguan-ganguan psikologis aktivitasnya meliputi interview klien, tes psikologis, dan memberikan terapi kelompok maupun terapi individual.
Psikologi konseling
Aktivitasnya: interview pengetasan dan memberikan terapi (keluarga, pernikahan, konsultasi karir).
Psikologi industri
Bekerja untuk memperbaiki rancangan kurikulum, tes prestasi, pelatihan guru, dan aspek-aspek lain dalam proses pendidikan.
Psikologi pendidikan
Berkaitan dengan beberapa bidang dalam dunia industri dan bisnis seperti managemen sumber daya manusia, meningkatkan semangat staf, meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja, meneliti prosedur dan struktur.
Terapan psikologi semakin meluas. Kini psikologi tidak hanya dikenal sebagai pengukur intelegensi atau lebih populer dengan Tes IQ namun juga diperlukan untuk menjelaskan, memperbaiki, mengembangkan perilaku, baik individual maupun massal. Dalam laporan pertangungjawaban ketua umum periode 1991-1994, Dr. Djamaludin Ancok, dikemukakan tentang pengembangan psikologi. Dalam laporan ini dilampirkan surat yang di tandatangani oleh Bernadette N. Setiadi, PhD ditujukan kepada ketua LIPI saat itu, Prof. Dr. Samaun Samadikun tentang berdisiplin psikologi. Surat tanggal 24 Agustus 1991 tersebut menyebutkan subdisiplin psikologi sebagai berikut:
a) Psikologi Abnormal
b) Psikologi Anak dan Remaja
c) Bimbingan dan Konseling
d) Psikologi Pendidikan
e) Evaluasi dan Pengukuran dalam Psikologi
f) Psikologi Eksperimen
g) Psikologi Umum
h) Psikologi Lansia
i) Psikologi Industri dan Organisasi
j) Kepribadian
k) Studi Psikologis tentang isu-isu sosial
l) Psikofarmakologi
m) Psikologi Sosial
Dalam rapat pada hari Minggu tanggal 26 oktober 2003 Panitia Pengarah Temu Ilmiah Nasional Kongres IX Himpsi telah mengidentifikasi subdisiplin psikologi yang perlu dikembangkan di masa mendatang, sesuai dengan kondisi dan situasi di Indonesia, yaitu :
a) Psikologi Forensik
b) Psikologi Militer
c) Psikologi Lingkungan
d) Psikologi Olahraga
e) Psikologi Hukum
f) Psikologi Ekonomik
g) Psikologi Ergonomik
h) Psikologi Kognitif
i) Psikologi Indigenous
j) Psikologi Lintas Budaya
k) Psikologi Perkotaan dan pedesaan
Pengambangan subdisiplin psikologi diharapkan dapat meluaskan terapan psikologi bagi lulusan sarjana, magister, doctor psikologi dan psikolog. Masih banyak lagi bidang terapan yang bisa dikembangkan oleh professional psikologi yang akan semakin meluaskan pemahaman masyarakat tentang psikologi dan terapannya sehingga tidak lagi dipahami dalam pengertian yang sempit, yaitu berkaitan dengan psiko tes semata. Masyarakat luas perlu memahami bahwa belajarpsikologi tidaklah bertujuan untuk dapat melakukan tes psikologi meleinkan memahami perilaku dalam arti yang sangat luas. Himpsi berharap dapat terus mendorong komunitas psikologi untuk mengembangkan terapan psikologi secara luas agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan mengikuti perkembangan zaman. Dalam hal ini tentunya perlu bekerja sama dengan penyelenggara pendidikan psikologi di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar