16 Mei 2011

6 KEPERCAYAAN DIRI DALAM OLAHRAGA

BAB 6
KEPERCAYAAN DIRI ATLET
A. Definisi Kepercayaan Diri
Apa yang terjadi jika seorang atlet merasa kehilangan kepercayaan dirinya? Kalah sebelum bertanding mungkin akan menjadi hasil yang di dapat. Namun, bagaimana jika ada atlet mempunyai rasa percaya diri yang berlebih? Kekalahan akan membuatnya runtuh seketika.

Salah satu modal utama dan syarat mutlak untuk mencapai prestasi olahraga yang gemilang adalah memiliki rasa percaya diri (self confidence atau confidence in oneself). Menurut Hornby (dalam Husdarta, 2010: 92) percaya diri berarti rasa percaya diri terhadap kemampuan atau kesanggupan diri untuk mencapai prestasi tertentu. Atlet yang merasa tidak percaya diri, atau sering disebut diffident, merupakan akibat dari ketidakyakinannya pada kemampuan yang dia miliki. Atlet tersebut mempersepsi dirinya terlalu rendah sehingga kemampuan optimalnya tidak tampak. Dengan kata lain, atlet tersebut meremehkan dirinya sendiri. Untuk kasus seperti ini, sebuah kesalahan kecil akan menimbulkan malapetaka, karena akan mengukuhkan persepsi tentang ketidakmampuannya.
Kasus yang tidak kalah merugikannya adalah ketika seorang atlet mempunyai kepercayaan diri yang melampaui batas atau overconfidence. Dengan kata lain, atlet tersebut mempunyai keyakinan yang terlalu berlebih mengenai kemampuan aslinya (Wann, 1997). Overconfidence inipun tidak kalah berbahaya dari kekurangan rasa percaya diri. Akibat kepercayaannya yang tidak sesuai dengan kondisi nyata, atlet tersebut akan cenderung untuk mengurangi atau bahkan malas berlatih. Efeknya adalah penurunan performa pada saat kompetisi. Dan karena atlet dengan rasa percaya diri yang berlebihan ini biasanya tidak pernah membayangkan kekalahan, maka pada saat harus menerima kekalahan yang muncul adalah rasa frustasi yang berlebihan. Over confidence atau percaya diri yang berlebih dapat berakibat kurang menguntungkan terhadap atlet karena dengan tumbuhnya over confidence muncul pula rasa dan pikir “menganggap enteng” lawan. Di sisi lain over confidence dapat menyebabkan seseorang atlet mudah mengalami frustasi jika atlet tersebut dikalahkan oleh lawannya. Seperti halnya over confidence, lack confidence atau kurang percaya diri terhadap kemampuan diri dapat berakibat tidak baik. Seorang atlet yang memiliki lack confidence tidak dapat mencapai tangga juara, karena sasaran atau target yang ditetapkan lebih rendah dari kemampuan yang dimilikinya.
Oleh karena itulah, seorang atlet harus tetap menjaga rasa percaya dirinya (self confidence) pada titik yang optimal. Mereka harus memandang secara rasional kemampuannya. Seorang atlet yang mempunyai rasa percaya diri optimal biasanya mampu menangani situasi yang sulit dengan baik. Mereka akan mengembangkan sikap yang rasional, mau bekerja keras, melakukan persiapan yang memadai dan juga mempunyai banyak alternatif untuk memecahkan kesulitan yang muncul (Dosil, 2006).
B. Lentur dan Mudah Berubah
Dalam olahraga hasil yang pernah di capai mempengaruhi rasa percaya diri atlet. Jika atlet sering mengalami kemenangan, atlet tersebut akan lebih percaya diri. Sebaliknya apabila atlet sering mengalami kekalahan, atlet tersebut dapat mengalami kurang percaya diri. Karena itu penting untuk memberikan latihan yang sebaik-baiknya pada atlet agar atlet merasa menuntaskan tugas latihannya dengan baik, dan merasa untuk mampu mengendalikan keterampilannya dengan baik pula. Untuk itu program latihan perlu di susun sedemikian rupa sehingga atlet secara bertahap dapat menyelesaikan tugas-tugas latihannya dengan benar. Apabila atlet telah menyelesaikan setiap tahapan tugasnya dengan baik, atlet akan merasa lebih percaya diri karena telah mampu menyelasaikan tugas sesuai dengan sasarannya, dan kepercayaan dirinya akan lebih meningkat.
Dari gambaran di atas, jelas terlihat bahwa kepercayaan diri merupakan elemen penting yang memengaruhi penampilan seorang atlet. Percaya diri sendiri sering diartikan sebagai gambaran atas kemampuan pribadi yang berkaitan dengan tujuan tertentu. Atau dalam definisi yang lain, kepercayaan diri keyakinan atau tingkat kepastian yang dimiliki oleh seseorang tentang kemampuannya untuk bisa sukses dalam olahraga (Wann, 1997). Artinya ada unsur keyakinan akan kemampuan diri yang bersinggungan dengan kondisi riil pertandingan atau tujuan yang akan dicapai.
Ada banyak aspek yang dapat meningkatkan rasa percaya diri seorang atlet. Yang paling sering ditemui adalah keberhasilan atau prestasi yang di raih sebelumnya. Dalam kasus sepakbola, kemenangan-kemenangan di pertandingan sebelumnya sering dijadikan pelecut yang memompa kepercayaan diri pemain. Dengan kata lain, kemenangan pertandingan sebelumnya dapat meningkatkan rasa percaya diri pemain untuk pertandingan selanjutnya.
Selain itu, aspek lain yang berpengaruh adalah penguasaan teknik dan skill yang diperlukan. Beberapa waktu yang lalu, Chris John menyatakan kesiapan serta keyakinannya untuk mengalahkan Petinju dari Jepang atas dasar latihannya yang keras untuk mempunyai pukulan yang mematikan. Dalam hal ini, Chris John merasa telah menguasai sebuah keterampilan atau skill yang dibutuhkan untuk mengalahkan lawan-lawannya.
Hal lain yang mempengaruhi kepercayaan diri seorang atlet adalah konsep diri. Konsep diri merupakan sebuah gambaran mengenai dirinya sendiri. Konsep diri seringkali disebut sebagai self perception. Gambaran dan keyakinan mengenai siapa diri kita sangat menentukan rasa percaya diri seseorang.
Penjelasan di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya kepercayaan diri itu adalah sesuatu yang lentur dan sangat rentan dengan perubahan. Kekalahan demi kekalahan, komentar yang buruk dari lingkungan maupun media, atau bahkan kesalahan dalam memersepsi kemampuan diri bisa jadi menjadi faktor ambruknya rasa percaya diri seorang pemain atau atlet.
Weinberd dan Gould (dalam Satiadarma, 2000:245) menjelaskan bahwa rasa percaya diri memberi dampak positif pada hal-hal dibawah ini
1. Emosi. Jika seseorang memiliki rasa percaya diri yang tinggi, ia akan lebih mudah mengendalikan dirinya didalam suatu keadaan yang menekan, ia dapat menuasai dirinya untuk bertindak tenang dan dapat menentukan saat yang tepat untuk melakukan suatu tindakan.
2. Konsentrasi. Dengan memiliki rasa percaya diri yang tinggi, seseorang individu akan lebih mudah memusatkan perhatiannya pada hal tertentu tanpa merasa khawatir akan hal-hal lainnya yang mungkin akan merintangi rencana tindakannya.
3. Sasaran. Individu dengan rasa percaya diri yang tinggi cenderung untuk mengarahkan tindakannya pada sasaran yang cukup menantang, karenanya juga ia akan mendorong dirinya sendiri untuk berupaya lebih baik.
4. Usaha. Individu dengan rasa percaya diri yang tinggi tidak mudah patah semangat atau frustasi dalam berupaya meraih cita-cianya.
5. Strategi. Individu dengan rasa percaya diri yang tinggi cenderung terus berusaha untuk mengembangkan berbagai strategi untuk memperoleh hasil usahanya.
6. Momentum. Dengan rasa percaya diri yang tinggi, seseorang individu akan merasa lebih tenang, ulet, patah semangat, terus berusaha mengembangkan strategi dan membuka berbagai peluang bagi dirinya sendiri.

C. Bentuk Pemain Yang Percaya Diri

Percaya diri dalam sepakbola dan semua cabang olahraga lain merupakan salah satu elemen penting. Hal ini terutama untuk menunjang penampilan yang optimal. Para ahli mendefinisikan percaya diri sebagai tingkat keyakinan individu yang berkaitan dengan kemampuannya dalam melakukan sesuatu dan untuk meraih keberhasilan. Tidak hanya keberhasilan secara individu. Kepercayaan diri ini akhirnya juga berkaitan dengan keberhasilan tim secara keseluruhan.
Waspadai Penyebab
Tim yang terus menerus didera kekalahan pasti akan menimbulkan efek ambruknya rasa percaya diri seluruh tim. Dalam sepakbola, ada banyak faktor yang menyebabkan hilangnya rasa percaya diri ini. Ketidakmampuan menyelesaikan tugas, gagal berperan dalam tim, cidera, sampai persoalan pribadi, merupakan penyebab runtuhnya rasa percaya diri.
Seorang pelatih harus menguasai benar faktor-faktor penyebab ini. Seorang pelatih yang tidak menguasai, seringkali justru menyebabkan pemain menjadi lebih tidak percaya diri. Pelatih yang hanya bisa marah-marah tanpa bisa memberi solusi akan menyebabkan pemain kebingungan. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari pemain seperti “apa yang salah dengan diriku?” atau “apa aku kurang bagus?” akan mengakibatkan ketidakmampuan menguasai diri. Akhirnya kesalahan demi kesalahan akan muncul. Runtuhnya kepercayaan diri ini akan mengakibatkn permorfa yang jeblok.
Faktor cidera juga menjadi salah satu momok. Selain membuat turunnya kualitas fisik, cidera juga akan membuat para pemain selalu dihantui oleh ketakutan akan berulangnya peristiwa dia alami. Ketakutan ini akan membuat pemain tidak percaya diri lagi. Efeknya pemain tersebut tidak akan bisa tampil maksimal. Ketidakseimbangan antara program latihan dengan keadaan riil pemain juga membuat pemain menjadi tidak percaya diri. Buatlah program yang mendorong pemain untuk mencapai level ketrampilan yang lebih tinggi. Tapi harus diingat program latihan juga harus tetap bisa dilakukan para pemain.
Pemain yang selalu gagal dalam melakukan tugas latihan akan mempunyai perasaan tidak mampu. Shooting yang terus-menerus tidak tepat sasaran, atau latihan fisik disaat para pemain kelelahan akan membuat pemain menganggap dirinya tidak cukup bagus. Hal inilah yang menimbulkan turunnya rasa tidak percaya diri.
Selain unsur-unsur yang berkaitan dengan hal teknis, faktor pribadi juga menjadi penyebab yang cukup besar. Kehilangan orang yang disayangi seringkali membuat pemain terjebak dalam kesedihan. Kesedihan ini juga akan menimbulkan turunnya performa permainan. Untuk itu seorang pelatih harus benar-benar mengusai keadaan psikologis setiap pemain. Ucapan-ucapan dari pelatih, seringkali merupakan bumerang terhadap pemain. Ucapan negatif merupakan sebuah hukuman bagi pemain. Pemain yang melakukan kesalahan akan merasa semakin bersalah dengan tambahan ucapan pelatih yang melemahkan. Untuk itu hindari ucapan-ucapan yang negatif. Untuk mengomentari pemain yang melakukan kesalahan, pelatih harus memilih kata-kata yang lebih bersifat mendorong. Ucapan-ucapan seperti “kamu bodoh!”, “pakai mata dong!” atau “gimana sih, gitu aja nggak bisa?” merupakan beberapa contoh ucapan negatif yang justru akan membuat pemain merasa tidak mampu.
Bangun dari Latihan
Sebenarnya pemain yang mengalami penurunan kepercayaan diri bisa dilihat dengan jelas. Tanda-tanda ini bisa dilihat baik dari ucapan-ucapan atau gerakan-gerakan tubuh yang muncul dari pemain. Koordinasi gerak yang kacau, murung atau bahkan menjadi pemarah adalah beberapa dari tanda itu. Pemain dengan kepercayaan diri tinggi juga memunculkan tanda yang jelas bisa dilihat. Beswick (psikolog olah raga dari Inggris) mengungkapkan beberapa ucapan atau gerak tubuh pemain yang mempunyai kepercayaan diri tinggi. Berikut ini tanda-tanda orang sedang dalam kepercayaan diri tinggi.
· Keyakinan diri tinggi- dengan perkataan “saya bisa melakukannya”
· Kesan positif dari gerak tubuh, misalnya reaksi terhadap bola yang lebih baik
· Menikmati kompetisi dan proses latihan
· Tidak merasa khawatir akan gagal
· Tenang, terkendali, berkonsentrasi dan kontrol diri yang tinggi
· Tidak berusaha menjadi lebih mengesankan dibanding yang lain
· Memahami kekuatan dan kelemahan diri dan menerima apa adanya
Keadaan ini bukan merupakan bawaan dari lahir. Artinya semua itu bisa diraih dengan proses latihan yang benar. Dengan proses latihan yang benar, semua itu akan bisa dicapai. Tujuan latihan harus disesuaikan dengan keadaan dan kondisi tim secara keseluruhan. Tim yang berisi pemain-pemain muda dan baru bergabung jelas tidak mungkin dibebani tugas untuk juara kompetisi. Tujuan ini harus realistis. Untuk bisa mencapai tujuan ini, pelatih harus menurunkannya ke dalam program latihan yang baik pula. Latihan adalah sebuah proses untuk membuat pemain mencapai level ketrampilan yang lebih baik. Untuk itu proses latihan harus bisa membuat para pemain menjadi lebih mampu bermain sepakbola dibanding sebelumnya. Sifat latihan juga harus bisa membuat pemain termotivasi untuk berbuat lebih baik. Kenyataan ini seringkali justru menjadi bumerang. Pelatih yang merasa harus segera meningkatkan kemampuan teknis pemainnya, kemudian membuat latihan yang berat. Keadaan ini akan membuat proses latihan menjadi tidak menyenangkan. Pemain juga akan sering salah dalam melakukan instruksi pelatih. Akhirnya pemain akan merasa dirinya tidak mampu. Kondisi inilah yang memicu ambruknya rasa percaya diri pemain.
Jaga Ucapan
Seperti diungkapkan di atas, tidak jarang pelatih yang merasa jengkel akan mengeluarkan ucapan-ucapan untuk mengekspresikan kejengkalannya. Namun, seringkali ucapan ini menyebabkan pemain merasa tidak berguna.
Harus diingat bahwa pemain menganggap pelatih sebagai sosok yang paling tahu kondisinya. Ucapan yang negatif akan dianggap sebagai sebuah informasi bahwa pemain tersebut memang jelek. Untuk itu pelatih harus bisa menjaga ucapan-ucapannya. Hal ini terutama pada saat latihan. Latihan harus benar-benar dijadikan proses pengembangan, baik teknik maupun kepribadian pemain. Pelatih harus berfungsi sebagai motivator pada saat latihan maupun pertandingan. Jangan sampai pelatih terlihat sebagai hakim yang menghukum pemain yang salah melakukan gerakan. Ucapan-ucapan yang menyiratkan kebodohan pemain harus dihindari. Sebaliknya ungkapan itu harus muncul sebagai ucapan yang bersifat memberi motivasi. Ada dua jenis ucapan yang keluar dari pelatih. Yaitu itu kritikan atau pujian. Kritikan muncul karena pemain gagal melakukan sesuatu. Kritik terhadap pemain harus dilakukan dengan positif. Misalnya “kamu bisa melakukan yang lebih baik”, atau “kamu harus belajar gerakan itu dengan lebih giat”, atau “ayo tunjukkan kemampuan terbaikmu!” Pujian memang harus sering keluar dari mulut pelatih, namun perlu diingat, pujian yang terlalu berlebih akan menciptakan pemain yang sombong. Pemain yang terlalu sombong akan lupa dengan keadaan dirinya. Sehingga dia akan muncul sebagai pemain yang egois dan sok.
Ini akan merugikan tim secara keseluruhan.
Pujian harus dilakukan secara proporsional. Pujian akan lebih baik jika diberikan langsung berkaitan dengan kemampuan teknis. Misalnya, “akurasi yang bagus!”, “bagus..memang harus sekeras itu!”, “ya..posisi itu yang tepat!” dan sebagainya.
Peran Orang Tua
Sebagai manusia, pemain juga pasti mempunyai persoalan-persoalan pribadi. Persoalan-persoalan ini sering berpengaruh dalam penampilan. Masalah seperti kehilangan orang tua, kehilangan pacar atau mendapat musibah berpotensi besar menurunkan performa pemain. Dalam hal ini pelatih harus tanggap. Pelatih harus bisa menjadi teman ketika para pemain merasa sedih. Atau paling tidak pelatih harus bisa membangun tim dengan suasana kekeluargaan, sehingga para pemain tidak merasa ditinggal ketika sedang sedih. Pelatih harus bisa membuat pemain yang sedang sedih kembali termotivasi untuk berprestasi. Hal ini hanya bisa dilakukan jika pelatih memahami para pemainnya dengan baik. Kontribusi orang tua juga tidak bisa dianggap sepele. Orang tua adalah orang yang sangat berpengaruh terhadap pemain. Orang tua harus mengarahkan tujuan dan kemampuan anak-anaknya. Jangan sampai orang tua justru memberikan tekanan-tekanan yang berlebihan pada anak-anaknya. Para pemain muda masih sangat rentan dengan pengaruh-pengaruh dari lingkungan. Seringkali para pemain terpengaruh untuk cepat berprestasi dengan cara-cara instan. Seperti penggunaan obat-obatan atau berbuat curang di lapangan. Orang tua harus bisa memberikan keyakinan bahwa satu-satunya jalan untuk sukses adalah berlatih dengan benar. Selain itu orang tua juga harus bisa membuat anak-anaknya yakin dengan dirinya sendiri. Orang tua juga harus mampu berperan sebagai teman ketika para pemain merasa tidak percaya diri lagi. Selain itu, pemain sendiri juga harus belajar bagaimana mengontrol dirinya sendiri. Pemain harus bisa melihat keadaan dirinya dengan lebih objektif. Belajar untuk memahami diri dan lingkungan menjadi sangat penting. Tujuan pribadi, seperti mengapa mereka bermain sepakbola, untuk apa berlatih, mengendalikan emosi dan sebagainya harus dipahami dengan benar.
Pemain yang merasa dirinya paling hebat akan merasa tertekan jika suatu saat dia mengalami kegagalan. Pemain harus terbiasa melihat situasi dengan objektif. Tidak gampang mengambil kesimpulan dan tidak mudah menyerah.
Untuk membantu menciptakan pemain yang seperti ini latihan-latihan tambahan juga perlu diberikan. Latihan-latihan yang bersifat membangun mental merupakan salah satu cara yang saat ini banyak ditempuh. Tentu saja peran profesional seperti psikolog atau motivator atlet perlu dipertimbangkan. Latihan-latihan seperti Relaksasi, Mental Imagery, atau latihan team building perlu dicoba untuk diterapkan. Memang untuk bisa sukses akan timbul persoalan-persoalan di tengah jalan. Pemain yang semakin sering mendapat sorotan karena prestasinya mempunyai potensi gangguan yang lebih besar. Hilangnya rasa percaya diri hanyalah salah satu masalah yang mungkin timbul. Namun dengan koordinasi semua pihak dan program klub maupun latihan yang rapi akan menciptakan pemain yang mempunayi kepercayaan diri tinggi tidak mudah menyerah.
Weinberd dan Gould (dalam Satiadarma, 2000:253) mengemukakan bahwa untuk meningkatkan rasa percaya diri seorang atlet dibutuhkan
a. Penyelesaian akhir (pencapaian hasil)
b. Berperilaku penuh percaya diri
c. Berfikir dengan penuh percaya diri
d. Menggunakan latihan imagery untuk meningkatkan rasa percaya diri.
e. Mengkondisikan kemampuan dan keterampilan fisik
f. Melakukan persiapan yang cukup
Sehingga dapat di ambil kesimpulan bahwa untuk sampai pada tangga juara yang paling tinggi seorang atlet harus penuh percaya diri atau full confidence, karena sikap mental yang seperti ini akan sangat membantu atlet dalam proses adaptasi menghadapi ketegangan yang berlebihan, memantapkan dalam menjaga emosi yang timbul, berusaha mencapai target yang ditetapkan sendiri, dan menghindarkan atlet dari perasaan frustasi karena kegagalan.
Jelas merupakan pekerjaan rumah bersama antara pemain/atlet, pelatih dan para psikolog olahraga yang mendampingi untuk mencari metode dan cara agar tingkat kepercayaan diri seorang atlet bisa dipertahankan dalam level yang optimal. Usaha pemain/atlet akan sia-sia seandainya pelatih yang menanganinya memberi komentar yang justru meruntuhkan rasa percaya diri atlet.
Penelitian yang dilakukan oleh Chie-der menunjukkan bahwa ada beberapa sumber dari rasa percaya diri, yakni penyempurnaan skill, demonstrasi, dan penampilan fisik. Ketiga sumber ini merupakan hasil dari latihan yang, tentu saja, merupakan peran dari pelatih. Dari penelitian tersebut terlihat bahwa ketika seorang atlet basket mampu menyempurnakan skill, melakkukan demonstrasi serta menunjukkan penampilan fisik yang optimal, maka tingkat rasa percaya dirinya pun akan meningkat.
Untuk pemain/atlet, ada beberapa saran yang bisa dilakukan untuk menjada rasa percaya diri dalam posisi optimal, di antaranya adalah tetap realistis terhadap kemampuan yang dimiliki dengan melihat tugas yang harus dihadapi. Tidak semua kompetisi mempunyai tingkat kesulitan yang sama. Sehingga seorang pemain harus mampu melihat kemampuan optimalnya berdasar level kompetisi yang mereka ikuti.
Pergunakan pengalaman yang lampau untuk media belajar, baik itu berupa keberhasilan maupun kegagalan. Menyusun tujuan dan pencapaian yang realistis akan membantu memudahkan mencapai taraf percaya diri yang optimal. Mempersiapkan diri sebaik-baiknya dan mengenali teknik-teknik yang belum begitu dikuasai untuk kemudian dilatih dengan lebih intensif.
Untuk para pelatih, memelihara rasa percaya diri para pemain tidak hanya dilakukan melalui ucapan-ucapan. Memang ucapan pelatih merupakan salah satu suntikan motivasi yang bagus bagi atlet yang sedang mengalami penurunan, namun kadang-kadang ucapan bisa menjadi bumerang yang justru akan menjatuhkan mental.
Untuk itu memelihara rasa percaya diri pemain agar tetap dalam kondisi optimal bisa juga dilakukan dalam sesi latihan. Latihan yang menggunakan goal setting akan memacu para pemain untuk menyelesaikan dengan baik. Tapi harus diingat, membuat goal yang realistis akan membuat rasa percaya diri pemain naik, karena ada persepsi bahwa mereka bisa menyelesaikan tugas dengan sempurna.
Menjadikan diri sebagai model atau panutan juga akan membantu. Di lapangan, bagaimanapun juga, seorang pelatih adalah model bagi atletnya. Apa yang dilakukan oleh model, sedikit banyak akan ditiru oleh pemain. Untuk itulah, seorang pelatih harus tetap menjaga wibawa dan menunjukkan bahwa dirinya pantas untuk ditiru, baik dalam bentuk ucapan maupun bahasa tubuh.
Mengajak pemain untuk mempraktekkan self talking terbukti membantu. Self talking adalah aktivitas untuk mengenali dirinya lebih jauh lagi. Dengan self talking, seseorang diajak untuk lebih realistis dalam melihat kelebihan dan kekurangan. Dengan demikian, pemain akan tetap sadar dengan kemampuan terbaiknya, sebaliknya seandainya masih ada kekurangan, pemain bisa meningkatkannya.
Memberi pujian juga merupakan salah satu metode yang bisa dilakukan. Pujian mengandung penguat positif yang mempunyai kecenderungan menguatkan perilaku. Dengan memberi pujian pada pemain yang mampu menyelesaikan tantangan, maka akan memberikan persepsi yang positif bagi atlet (Wann, 1997).
Peran Psikolog
Untuk olahraga-olahraga tim, peran pelatih barangkali mempunyai keterbatasan yang disebabkan oleh jumlah pemain yang cukup banyak. Dari kondisi tersebut, pelatih seringkali mempunyai kesulitan dalam mengenali satu persatu kondisi mental para pemainnya. Untuk itulah para pelatih sebaiknya didampingi oleh seorang psikolog olahraga yang bertugas untuk membantu memberi masukan dan memahami para pemain satu demi satu.
Psikolog dapat berperan lebih aktif dalam peningkatan rasa percaya diri atlet ini dengan memberi masukan kepada pelatih mengenai kondisi kejiwaan masing-masing pemain. Selain itu, seorang psikolog juga harus mampu segera memberi analisis dan saran perlakukan seandainya ada pemainnya yang merasa tidak percaya diri.
Selain itu, yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan teknik imagery training. Imagery training adalah visualisasi mental yang berkaitan dengan tugas atau pertandingan yang akan berlangsung. Dalam imagery training, seorang pemain diajak untuk membayangkan secara langsung suasana dan situasi pertandingan yang akan dihadapi. Mulai dari lawan, penonton, hingga kesulitan-kesulitan yang kira-kira akan muncul dalam pertandingan.
Tujuan dari imagery training adalah agar atlet/pemain mempunyai gambaran yang lebih riil mengenai kemampuannya, masalah-masalah yang mungkin akan timbul sehingga dia bisa segera mencari solusi, atau mungkin suasana penonton yang bisa jadi akan melakukan teror. Dengan gambaran-gambaran lebih nyata ini, para atlet akan mampu bersikap dan mengambil tindakan sesuai dengan kebutuhan dalam konteks memenangkan pertandingan.
REFERENSI
Chie-der, D., Chen, S., Hung-yu, C., Li-kang, C., (..) Male and Female Basketball Players’ Goal Orientation, Perceived Motivational Climate, Perceived Ability and the Sources of Sport Confidence. The sportjournal.org. retrieved 080907.
Dosil, J. 2006. The Sport Psychologist’s Handbook. A Guide for Sport- Specific Performance Enhancement. John Wiley & Sons. West Sussex.
Gunarsa, S., 1989. Psikologi Olahraga. BPK GUnung Mulia. Jakarta
Setyobrobto, S. 2001. Mental Training. Percetakan “Solo”. Surakarta
Wann, D.J.,1996. Sport Psychology. Upper Saddle River,New Jersey.

1 komentar:

  1. artikel anda sangat bagus dan inspiratif sekali,
    terimakasih pak karena sangat membantu.

    BalasHapus